leader

Malala Yousafzai, Ditembak Taliban, Raih Nobel Prize Termuda Dunia

Penulis Rahma K
Feb 10, 2022
Malala Yousafzai, Ditembak Taliban, Raih Nobel Prize Termuda Dunia
ThePhrase.id – Malala Yousafzai adalah seorang aktivis pendidikan untuk perempuan dari Pakistan yang mendunia. Ia meraih penghargaan Nobel Peace Prize termuda di dunia.

Ia lahir di Mingora dan tumbuh di Swat Valley, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Seorang perempuan yang terlahir di dunia kala itu di Pakistan bukanlah suatu hal untuk dirayakan, mengingat budaya patriarki yang kental.

Namun, ayah Malala, Ziauddin Yousafzai tidak demikian. Ia membesarkan Malala dengan memberikan kesempatan yang sama seperti laki-laki. Bahkan, ayahnya adalah seorang guru yang mendirikan sekolah untuk perempuan di tempat tinggalnya.

Malala Yousafzai. (Foto: Instagram/Malala)


Sebagai anak dari seorang guru, Malala tumbuh menyenangi sekolah dan belajar. Sayangnya, di tahun 2008, perjalanan pendidikannya terganggu karena pasukan Taliban yang mulai mengendalikan tempat tinggalnya, Swat Valley.

Pasukan yang bernama lengkap Tehrik-e-Taliban Pakistan itu melarang perempuan bersekolah dan melakukan hal-hal yang dapat dengan bebas dilakukan oleh laki-laki. Tidak terima dengan hal itu, pada tahun yang sama, Malala mulai menyuarakan oposisinya terhadap larangan belajar bagi perempuan.

Pada September 2008, sang ayah bahkan membawanya ke Peshawar, Pakistan untuk menyampaikan pidato yang bertajuk "Berani-beraninya Taliban mengambil hak dasar saya untuk menerima pendidikan" di depan publik yang disiarkan di televisi dan radio.

Upaya Malala dalam memperjuangkan pendidikan perempuan tidak berhenti di situ. Awal tahun 2009 Malala mulai menulis blog di BBC dengan nama samaran Gul Makai terkait kehidupannya di bawah ancaman Taliban.

Malala Yousafzai saat menyampaikan pidato di Pakistan. (Foto: Malala.org)


Tak lama, identitas aslinya terbongkar. Malala malah memanfaatkan fenomena ini untuk semakin menyuarakan tentang hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Merasa Malala sebagai ancaman, Taliban telah menandai dan mengancam akan membunuh Malala apabila ia meneruskan aktivitasnya.

Hingga suatu hari di tahun 2012, saat Malala sedang dalam perjalanan dari rumah ke sekolah bersama teman-temannya menggunakan bus sekolah, pasukan bersenjata memberhentikan busnya dan bertanya "Siapa Malala?".

Terjadi dengan cepat, Malala yang kala itu berusia 14 tahun ditembak oleh seorang pria bersenjata dengan topeng. Pria tersebut menembak ke arah sisi kiri kepala Malala yang mana peluru tersebut mengenai kepala dan lehernya. Dua orang gadis lainnya juga menjadi korban percobaan pembunuhan tersebut.

Malala yang kritis langsung dibawa ke rumah sakit di Pakistan. Beberapa hari kemudian ia diterbangkan ke rumah sakit di Birmingham, Inggris untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Malala Yousafzai. (Foto: Instagram/Malala)


Setelah sepuluh hari tak sadarkan diri, ia terbangun di Inggris dengan selamat meskipun harus menjalani berbagai operasi dan rehabilitasi lanjutan. Ini dikarenakan bagian-bagian dari kepalanya seperti saraf pada wajah, tengkorak, dan sebagian otaknya terkena imbas peluru tersebut.

Perempuan yang sempat menjadi nominasi Penghargaan Perdamaian Anak Internasional tahun 2011 tersebut mengundang perhatian publik dari berbagai belahan dunia atas kejadian yang menimpanya. Orang-orang dari banyak negara mendukung pemulihannya dan memuji aksinya membela pendidikan perempuan hingga tertimpa musibah buruk.

Karena namanya makin nyaring di dunia, setelah kejadian tersebut, Malala makin gencar menggunakan suaranya untuk mendapatkan hak pendidikan bagi perempuan. Pada 12 Juli 2013, ia berpidato di depan Forum Majelis Kaum Muda di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat.

Selain tentang hak perempuan, isi pidatonya juga membahas terkait perlawanan terhadap terorisme dan kebodohan. Pidato tersebut sangat berpengaruh hingga PBB mendeklarasikan hari tersebut sebagai Hari Malala yang kebetulan bertepatan dengan ulang tahunnya.

 

Malala Yousafzai dan sang ayah. (Foto: Instagram/Malala)


Malala yang sejak tahun 2012 bertempat tinggal di Inggris tersebut kemudian dianugerahi penghargaan Nobel Peace Prize di tahun 2014. Bersama dengan Kailash Satyarthi, ia yang kala itu berusia 17 tahun mendapat penghargaan Nobel dan menjadi penerima Nobel termuda.

Perempuan kelahiran tahun 1997 ini bersama sang ayah kemudian mendirikan Malala Fund di tahun 2013. Tujuannya adalah untuk mendukung para pengajar dan untuk meningkatkan pendidikan anak perempuan di dunia.

Lulusan University of Oxford jurusan Philosophy, Politics, and Economics ini juga memiliki buku yang ditulis bersama jurnalis Inggris, Christina Lamb yang berjudul I Am Malala: The Story of the Girl Who Stood Up for Education and Was Shot by the Taliban. [rk]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic