ThePhrase.id – Meski kesetaraan gender baru nyaring digaungkan pada abad ini, banyak perempuan hebat yang telah lahir di dunia dan memberikan kontribusi penting pada dunia. Salah satunya adalah Marie Curie, yang merupakan seorang wanita pertama penerima penghargaan Nobel.
Perempuan yang memiliki nama lengkap Maria Salomea Skłodowska-Curie ini lahir di Polandia tahun 1867. Ia merupakan perintis dan ilmuwan pada bidang radiologi dan merupakan salah satu peneliti terpenting radiasi dan efeknya.
Berkat penemuannya, ia dianugerahi penghargaan Nobel atau Nobel Prize sebanyak dua kali. Ia merupakan perempuan pertama di dunia yang mendapatkan penghargaan ini, satu-satunya perempuan yang mendapatkan dua penghargaan Nobel, dan satu-satunya orang yang mendapatkan Nobel pada dua bidang sains yang berbeda.
Marie Curie. (Foto: Wikipedia/Henri Manuel)
Di dunia yang kala itu didominasi oleh pria, Marie berhasil menyabet Nobel pada bidang Fisika atas jasanya mengembangkan teori radioaktivitas pada tahun 1903 dan Nobel pada Kimia berkat penemuannya terkait unsur polonium dan radium yang ia temukan menggunakan teknik mengisolasi isotop radioaktif pada tahun 1911.
Marie menikahi Perrie Curie yang juga seorang peneliti yang mendapatkan penghargaan Nobel. Hal ini membuat mereka menjadi pasangan pertama di dunia yang memenangkan penghargaan Nobel. Pasangan ini kemudian juga mendirikan Curie Institute.
Keluarga dan Masa Kecil
Marie kecil lahir di Warsawa, Polandia sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Ayahnya merupakan seorang guru matematika dan fisika, ibunya juga seorang guru tetapi telah meninggal ketika Marie berusia 10 tahun, akibat tuberkulosis.
Marie Curie. (Foto: nobelprize.org)
Ia tumbuh sebagai anak yang memiliki rasa ingin tahu tinggi dan otak yang cemerlang. Namun sayangnya, kala itu pendidikan masih tersentralisasi pada laki-laki. Ia tak dapat melanjutkan pendidikan tinggi pada Universitas Warsawa karena tidak menerima mahasiswa perempuan.
Alhasil, ia bersekolah pada 'universitas terapung' Warsawa yang merupakan kelas informal bawah tanah yang dilaksanakan secara rahasia. Mengapa rahasia? Karena kala itu Polandia merupakan salah satu kawasan di bawah kekuasaan Rusia.
Akibat situasi ini juga, keluarga Marie memiliki keterbatasan uang. Sang ayah pro dengan Polandia, menjadikan keluarganya lebih sulit untuk berkembang. Kendati demikian, sang ayah sangat mendukung ketertarikan Marie pada dunia sains.
Marie Curie. (Foto: Britannica.com/Historia/REX/Shutterstock.com)
Pendidikan Marie Curie
Marie berusaha sendiri dengan bekerja sebagai tutor dan pengasuh untuk mendapatkan uang. Pada waktu luangnya, ia selalu belajar fisika, kimia, dan matematika. Kemudian, ia bergantian dengan kakaknya untuk saling membantu pendidikan satu sama lain. Sehingga, ketika sang kakak berkuliah, Marie yang mencari uang, begitu juga sebaliknya.
Di usianya yang ke-24, ia mendapat kesempatan untuk pindah ke Paris, Perancis dan berkuliah di sana atas bantuan sang kakak. Ia melanjutkan pendidikannya pada Universitas Sorbonne, Paris. Ia mendapatkan gelar sarjana pada Fisika di tahun 1893, dan gelar master Matematika satu tahun setelahnya.
Paris juga merupakan tempat di mana ia bertemu dengan sang suami, Perrie Curie yang merupakan seorang profesor di School of Physics. Setelah menikah, ia menggantikan suaminya sebagai Kapala Laboratorium Fisika di Sorbonne. Ia juga mendapat gelar Doctor of Science pada tahun 1903.
Marie Curie (kanan) bersama Perrie Curie (kiri). (Foto: Britannica.com/Photos.com/Jupiterimages)
Setelah suaminya meninggal karena kecelakaan pada tahun 1906, ia menggantikannya sebagai Profesor Fisika Umum pada Fakultas Sains. Posisi ini juga menjadikan dirinya perempuan pertama yang memegang jabatan tersebut di University of Paris. Ia juga ditunjuk sebagai Direktur Laboratorium Curie pada Institut Radium University of Paris.
Kematian Marie Curie
Ia merupakan perintis dan pengembang zat radioaktif. Ironisnya, ia juga tak mengetahui bahaya zat tersebut pada tubuh manusia. Terlalu sering berada pada lab dan terpapar secara langsung dengan unsur-unsur tersebut perlahan membunuhnya.
Radiasi sinar radium yang berlebih memberikan dampak negatif pada tubuh Marie. Ia pun mengidap anemia. Pada 4 Juli 1934 di Haute Savoie, Marie Curie kemudian berpulang. Dirinya dijadikan monumen patung di Warasawa, Polandia dan menghadap ke Institut Radium untuk mengenang jasanya. [rk]