ThePhrase.id – Dewasa ini, banyak perempuan muda yang mengejar pendidikan hingga jenjang tertinggi. Jika dibandingkan dengan zaman dulu, tentu jauh berbeda. Perkembangan zaman serta teknologi merubah mindset serta stereotip yang ada tentang perempuan dan pendidikan.
Salah satu perempuan hebat yang meraih gelar doktoralnya di usia muda adalah Meka Saima Perdani. Meka berhasil menyelesaikan pendidikan S3-nya pada umur 25 tahun di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) program studi Teknik Kimia. Bahkan ia tercatat sebagai doktor termuda dan tercepat yang menyelesaikan pendidikan di FTUI, yakni menyelesaikan pendidikan doktoral hanya dalam waktu 2,5 tahun.
“Pendidikan bagi perempuan menjadi salah satu bekal untuk membesarkan generasi dengan ilmu. Mendidik butuh bekal, berjalan butuh strategi, pun menuai hasil butuh usaha,” ujar Meka pada salah satu unggahan laman Instagram pribadinya mengenai kelulusan S3-nya.
Meka Saima saat sidang disertasi S3. (Foto: ui.ac.id)
Patut diacungi jempol, Meka ternyata menjalani pendidikan magister dan doktoralnya melalui beasiswa oleh RISTEK DIKTI. Ia merupakan salah satu dari 243 orang awardee atau peraih beasiswa Program Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) batch III. Dari batchnya, ia merupakan lulusan pertama yang menyelesaikan studi doktoralnya.
Beasiswa tersebut diberikan oleh pemerintah bagi lulusan sarjana terbaik di Indonesia untuk melanjutkan kuliah magister hingga doctoral. Program ini bertujuan meningkatkan kualitas sarjana Indonesia menjadi sarjana yang memiliki daya saing yang kuat dan meningkatkan kualitas pendidikan magister serta doktoral di Indonesia.
Meka lulus dengan topik disertasi mengenai pengembangan reaksi oksidasi kolesterol dengan memanfaatkan enzim sebagai sumber biokatalis. Penelitiannya bertujuan untuk membentuk prototipe biosensor kolesterol melalui reaksi enzimatik. Prototipe ini dapat dimanfaatkan di dunia medis.
Hasil penelitiannya membuktikan bahwa enzim kolesterol oksidase dari Streptomyces sp terimobilisasi material logam dan enzim rekombinan Rhodococcus Eryhtopolis dapat mengoksidasi kolesterol. Judul dari disertasinya tersebut adalah ‘Kinerja Enzim Kolesterol Oksidase Rhodococcus Erythropolis BL21(DE3) dan Streptomyces sp. Terimobilisasi Magnetit Modifikasi untuk Reaksi Oksidasi Kolesterol'.
Meka Saima. (Foto: Instagram/mekasaimaa)
Disertasinya tersebut juga berhasil dipublikasikan menjadi 5 (lima) artikel ilmiah yang dipublikasikan pada dua jurnal internasional terindeks Q1 scopus, satu jurnal internasional terindeks Q2 scopus, dan tiga prosiding terindeks scopus. Selain disertasinya, penelitian-penelitian Meka lainnya juga tercantum di Google Scholar pada jurnal-jurnal internasional yang telah dikutip oleh banyak orang dan terindeks scopus.
Selain menjadi doktor termuda dan tercepat yang menyelesaikan pendidikan di FTUI, Meka juga merupakan doktor ke-53 di prodi Teknik Kimia pada jenjang doktoral, dan merupakan doktor ke-387 pada FTUI. Ia lulus dengan predikat Sangat Memuaskan pada IPK 3,92 dari skala 4,00.
Dalam menjalani studinya di FTUI, Meka mengatakan mendapat dukungan dari para pembimbing dan promotornya yakni Prof. Dr. Heri Hermansyah, M.Eng. dan ko-promotor Dr. Eng. Muhamad Sahlan.
“Atmoster pendidikan dan riset di FTUI sangat terasa sekali. Saya memperoleh kesempatan untuk melakukan kolaborasi internasional selama 9 bulan di Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang untuk menyelesaikan penelitian saya,” ungkap Meka dikutip dari laman Universitas Indonesia.
Meka Saima di Universitas Pertahanan. (Foto: Instagram/mekasaimaa)
Saat menjalani program doktoralnya, sarjana dari Universitas Bengkulu ini juga bekerja sebagai pengajar di Universitas Pertahanan Indonesia, Bogor. Pada postingan story Instagramnya, Meka berkata bahwa sebagai salah satu awardee beasiswa, ia mengemban tugas berat yakni berkontribusi untuk negeri. Hal itu ia sebut sebagai PR besar dan harus real (nyata). [rk]