ThePhrase.id – Baru-baru ini, seorang pria bernama Diego Yanuar menarik perhatian masyarakat Indonesia. Pasalnya, ia berhasil menaklukkan maraton di Gurun Sahara, lebih tepatnya di selatan Moroko. Hal yang unik dari pencapaian Diego sekaligus menjadi poin yang membuat orang-orang tercengang adalah ia menyelesaikan maraton ini dengan menggunakan sandal.
Seperti diketahui, acara lari maraton biasanya diikuti orang dengan menggunakan sepatu, bahkan sepatu yang diperuntukkan khusus untuk berlari. Namun, Diego memiliki alasan untuk tidak menggunakan sepatu dan memilih sandal.
"Mengapa sandal? Karena saya suka berlari dengan sandal. Saya telah memeriksa medan (maraton) sebelumnya dan merasa nyaman. Medannya cukup kasar dan teknis di beberapa tempat," tulisnya pada laman Instagram pribadinya.
Lebih lanjut, Diego juga menjelaskan bahwa panitia maraton merekomendasikan sepatu tertutup, tetapi tidak mewajibkannya. Maka dari itu, ia mengatakan tindakannya bukan sebuah pemberontakan, tak melanggar aturan, dan ia mengetahui apa yang dilakukannya.
Nama maraton yang dilakukannya adalah Marathon des Sables (MdS) Legendary. Ultramaraton yang digadang sebagai "one of the toughest footraces on the planet" atau salah satu lomba lari terberat di dunia ini mengharuskan para pesertanya untuk mengarungi medan sejauh 250 kilometer. Bahkan bagi pelari seperti Diego sekalipun, medan ini tidaklah mudah untuk ditaklukkan.
Berangkat dari obrolan dengan teman-temannya, ia akhirnya menantang dirinya untuk bisa menyelesaikan MdS Legendary dan selesai hingga garis finis. Padahal, sebelumnya ia belum pernah berpartisipasi pada maraton ini, belum pernah menginjakkan kaki di Afrika, terlebih lagi ke Gurun Sahara.
Seluruh pengalaman pertama ini membuat dirinya mendapatkan berbagai pengalaman baru yang berharga dan meningkatkan levelnya sebagai seorang pelari. Ia mengetahui dirinya mampu berjalan-berlari lebih dari 30 km hari demi hari di tengah teriknya Sahara, ia bisa membawa makan dan perlengkapan tidur untuk 7 hari di tas ransel 20L, hingga bertahan hidup di gurun, dari maraton ini.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bagaimana pengalamannya melakukan maraton di Gurun Sahara adalah pengalaman yang ajaib. Hubungan yang tercipta antar pelari juga menjadi hal yang spesial baginya.
Dilansir dari Kompas.com, Diego yang merupakan adik dari penyanyi Andien Aisyah ini telah mengetahui tentang MdS Legendary sejak kecil. Dulu, sebagai anak kecil, MdS Legendary adalah maraton di luar imajinasi, sehingga ia tak pernah mendalaminya.
Namun, setelah memiliki berbagai pengalaman seperti mengikuti maraton BTS Ultra 170K hingga bersepeda dari Amsterdam ke Jakarta, ia mulai memasang target maraton yang dulunya ia pikir di luar imajinasi tersebut.
Usaha memang tak mengkhianati hasil, dengan kekuatan fisik dan mental yang kuat, persiapan yang matang, serta latihan yang menyeluruh, Diego berhasil menjadi salah satu pelari yang mencapai garis finis pada Sabtu, 12 April 2025.
Meski harus menggendong ransel dengan berat 11 kilogram selama berhari-hari di tengah teriknya Gurun Sahara, harus membagi kalori makanan yang dikonsumsi setiap harinya, harus menghadapi perubahan suhu ekstrem dari 50 derajat celcius di siang hari hingga mencapai di bawah 10 derajat di malam hari, hingga menghadapi badai pasir selama berjam-jam, ia membuktikan bahwa tak ada yang mustahil untuk dilakukan. [rk]