ThePhrase.id – Di era yang serba digital ini, berbagai hal yang dulunya harus dilakukan secara langsung kini dapat dilakukan secara online. Salah satunya adalah mencari kenalan baru untuk menjadi pasangan dan menjalin hubungan romansa melalui dating apps.
Jika dulu mencari pasangan identik dengan dikenalkan oleh teman, bertemu di kampus, di organisasi, atau di acara sosial, kini mencari tambatan hati dapat dilakukan dengan mudah dengan hanya membuka aplikasi, swipe right, dan langsung mendapatkan match.
Terdengar sangat mudah dan cepat. Tetapi, dating apps yang kini makin menjamur dan penggunaannya yang diselewengkan oleh berbagai oknum kini menimbulkan pertanyaan: apakah aplikasi kencan benar-benar mempermudah, atau justru memperumit?
Tak bisa dipungkiri, bagi orang-orang yang hanya memiliki sedikit waktu untuk bersantai atau beraktivitas di luar kesibukan aktivitas sehari-hari, tetapi ingin mencari pasangan, dating apps menjadi jawaban yang gemilang.
Aplikasi kencan menghemat waktu dan tenaga. Pengguna dapat langsung berkomunikasi dengan orang yang dianggap cocok tanpa harus melalui perkenalan panjang yang belum tentu berujung pada hubungan yang diinginkan.
Fitur chat atau mengirim pesan di aplikasi dapat membangun koneksi emosional sebelum memutuskan untuk bertemu secara langsung. Dan jika ternyata dirasa tak cocok, tidak perlu ada pertemuan dan bisa menyudahi pembicaraan. Ini sangat membantu terutama bagi mereka yang pemalu dan introvert.
Selain itu, bagi sebagian orang, menerima pesan dan membaca hal-hal yang positif dari orang lain tentang diri mereka, terlebih lagi orang baru, bisa meningkatkan rasa percaya diri. Terutama jika mereka merasa sulit berinteraksi secara langsung.
Terakhir, bertemu orang baru juga bisa memperluas jaringan sosial. Hubungan romansa yang tak bisa terjalin karena ketidakcocokan bukan berarti hubungan sosial harus juga terputus. Lewat dating apps, jaringan sosial bisa menjadi lebih luas dengan mengenal banyak orang dari berbagai background.
Di sisi lain, terdapat sisi rumit yang menjadi tantangan dari menggunakan dating apps. Tak sedikit orang yang membuat akun dating apps dengan profil palsu. Mulai dari nama, foto, hingga informasi data diri yang palsu. Ini tentu akan merugikan pengguna lain yang berkenalan dengannya.
Pemalsuan data akan menjadi lebih rumit apabila tujuan utamanya adalah untuk menipu. Sebagai contoh adalah melakukan love bombing demi mendapatkan hati pengguna lain dengan tujuan memerasnya secara finansial ataupun emosional.
Tak hanya itu, banyak juga pengguna dating apps yang menggunakan aplikasi ini dengan tujuan yang negatif. Bukan untuk mencari teman baru atau pasangan, tetapi untuk mencari mangsa untuk dapat melakukan tindakan asusila baik secara daring ataupun luring.
Dari segi kesehatan mental, menggunakan dating apps dapat memberikan pengaruh seperti swipe fatigue karena terlalu banyak bertemu orang baru tanpa menemukan orang yang tepat dan ditinggal begitu saja, kecemasan, stres, hingga menurunkan harga diri.
Mudahnya melakukan ghosting atau di-ghosting yang berarti menghilang begitu saja apabila kehilangan minat dengan orang lain menjadi salah satu sisi negatif dari dating apps.
Jawaban dari pertanyaan ini adalah dua-duanya. Dating apps bisa menjadi jalan bertemu koneksi baru, teman baru, sahabat baru, atau bahkan jodoh. Tetapi juga bisa menjadi lubang yang menjebak dalam ilusi koneksi yang dangkal dan menjerumuskan.
Kuncinya berada di niatan dan cara menggunakannya. Pengguna dating apps harus mengingat tujuan dari menggunakan aplikasi tersebut, mengetahui kapan harus berhenti, kapan harus was-was dengan orang yang baru dikenal, dan kapan harus mempercayai orang baru. Bijaklah dalam menggunakan aplikasi kencan, memanfaatkan kelebihannya, dan menghindari risikonya. [rk]