ThePhrase.id – Pernah dengar istilah mansplaining? Istilah ini semakin populer di kalangan anak muda dan juga di antara pengguna media sosial sebagai bahasan yang merujuk pada bahasan gender. Tetapi apa artinya?
Istilah ini berasal dari dua kata, yakni man atau laki-laki dan explaining atau menjelaskan. Ketika digabungkan, mansplaining digunakan untuk mendeskirpsikan sebuah situasi ketika seorang laki-laki memberikan penjelasan kepada perempuan karena merasa lebih pintar dan berpengetahuan.
Padahal, perempuan dalam konteks ini, yaitu yang berada dalam sebuah percakapan, tak meminta penjelasan atau bahkan telah memiliki pengetahuan terkait topik pembicaraan.
Situasi seperti ini mendapatkan istilahnya sendiri karena laki-laki yang memberikan penjelasan tak hanya sekadar memberikan informasi. Tetapi, menyampaikannya dengan cara yang merendahkan. Mereka juga dengan cepat beranggapan bahwa lawan bicara perempuan tak mengerti topik yang sedang dibahas.
Dilansir dari hellosehat, mansplaining merupakan tidakan yang merendahkan perempuan. Pasalnya, perempuan dianggap tidak lebih pintar, sehingga dengan mudah diremehkan dengan meninggikan dirinya sendiri. Uniknya, beberapa laki-laki tak menyadari bahwa mereka tengah melakukan mansplaining.
Ciri-ciri laki-laki yang melakukan mansplaining antara lain mendominasi percakapan, memberikan penjelasan yang tak diminta, memberikan penjelasan dengan detail yang mendalam, memojokkan perempuan, menggunakan nada bicara yang merendahkan, menganggap perempuan tidak memiliki pengetahuan tentang topik yang dibicarakan, mengabaikan lawan bicara perempuan, dan tidak menggubris topik atau isu yang dilontarkan perempuan.
Dampak mansplaining sangatlah merugikan, baik bagi perempuan lawan bicara secara individu maupun lingkungan sosial. Perempuan yang menjadi korban mansplaining bisa merasa tidak dihargai, diremehkan, dan mengalami penurunan rasa percaya diri serta harga diri.
Dalam jangka panjang, perilaku ini dapat memperkuat ketidaksetaraan gender, menghambat komunikasi yang sehat, dan membatasi partisipasi perempuan dalam diskusi atau pengambilan keputusan, terutama di tempat kerja atau ruang publik.
Untuk menghadapi mansplaining, perempuan disarankan untuk menegur pelaku secara sopan dan tegas, menjelaskan bahwa dirinya memahami topik yang dibahas, serta meminta agar pendapatnya didengarkan dengan serius. Gunakan juga data dan fakta sebagai bukti kompetensi untuk memperkuat mempertegas argumen. [rk]