leader

Mengenang Een Sukaesih, Sang Guru Qolbu yang Jadi Teladan Inspiratif

Penulis Rahma K
May 02, 2024
Een Sukaesih. (Foto: berita.upi.edu)
Een Sukaesih. (Foto: berita.upi.edu)

ThePhrase.id – Selamat Hari Pendidikan Nasional! Untuk memperingati dan merayakan hari yang bersejarah ini, yuk berkenalan dengan salah satu sosok guru Tanah Air yang inspiratif dan dikenang hingga akhir hayatnya.

Een Sukaesih namanya. Ia adalah seorang guru difabel dengan kisah hidup yang dapat menginspirasi banyak orang. Di tengah keterbatasannya, ia tetap memiliki kegigihan untuk mengajar dan menyebarkan ilmu kepada anak bangsa.

Bahkan, meskipun tak dapat bergerak dan hanya dapat berbaring di kasur, ia memiliki ambisi untuk mendirikan sebuah Rumah Pintar yang dapat dijadikan tempat menimba ilmu bagi anak-anak di daerah sekitar tempat tinggalnya, maupun dari dari daerah lain. 

Rumah Pintar tersebut akhirnya berdiri dengan nama Rumah Pintar Al-Barokah pada Juli 2013 di Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Een membuka pintu bagi siapapun yang ingin belajar bersamanya di Rumah Pintar tersebut.

Pada tahun 2023 lalu, Pj Bupati Sumedang Herman Suryatman menyampaikan bahwa Rumah Pintar yang dipelopori oleh Een akan dijadikan museum sederhana 'Bu Een Sukaesih Pendidikan Berbasis Kasih Sayang'.

Akan jasanya mendidik anak bangsa, Een menerima sederet penghargaan dari berbagai pihak, seperti Special Achievement Liputan6 untuk kategori Inovasi, Kemanusiaan, Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan dari SCTV Award 2013.

Penyakit apa yang diderita Een?

Terkait penyakit yang dideritanya, Een didiagnosa dengan penyakit Rheumatoid arthritis. Penyakit ini adalah peradangan sendi yang terjadi akibat gangguan autoimun. Sistem kekebalan tubuh orang yang mengidap penyakit ini secara keliru menyerah jaringan tubuh yang sehat.

Maka dari itu, seluruh tubuhnya diserang yang menyebabkan ia tak bisa menggerakkan anggota tubuhnya kecuali mata dan mulut. Ia juga tak bisa beranjak dari tempat tidur, sehingga harus menghabiskan hari-harinya berbaring.

Saat pertama kali didagnosa penyakit ini, dokter sempat memvonis usia Een hanya dapat bertahan selama satu minggu. Namun, kegigihannya untuk tetap hidup membuatnya panjang umur hingga menghembuskan napas terakhirnya di usia 51 tahun pada 12 Desember 2014.

Selama 30 tahun lamanya, Een mengajar dengan keadaan terbaring dan tak bisa bergerak. Impiannya untuk menjadi guru normal seperti guru-guru lainnya harus ia kubur setelah ia didiagnosa penyakit tersebut.

Padahal, kala itu ia baru saja menyelesaikan studinya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada jurusan Bimbingan dan Konseling. Ia bahkan telah memiliki sertifikat mengajar, dan akan memulai kariernya.

Kendati demikian, ia tak mengubur impiannya dan tetap mengajar di tengah keterbatasannya. Justru, murid-murid yang diajarkannya kini telah tumbuh besar dan dapat mengeyam pendidikan hingga perguruan tinggi.

Salah satu julukan yang tersemat erat dengan Een adalah 'Guru Qolbu' karena selain pengajar pengetahuan formal atau umum, ia juga memberikan pelajaran keagamaan dan mengembangkan pendidikan yang berbasis kasih sayang. [rk]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic