lifestyle

Merendah untuk Meroket: Mengapa Banyak Orang Suka Melakukan Humble Brag?

Penulis Rahma K
Dec 07, 2025
Ilustrasi foto. (Foto: Freepik)
Ilustrasi foto. (Foto: Freepik)

ThePhrase.id – Humble brag belakangan jadi istilah yang sering muncul di media sosial. Istilah ini pertama kali populer di luar negeri, terutama setelah digunakan berulang kali di platform X (dulu Twitter) pada awal tahun 2010-an dan dibahas dalam berbagai artikel psikologi populer.

Secara sederhana, humble brag adalah cara seseorang memamerkan pencapaian, prestasi, keberuntungan, atau kelebihan, tetapi dibungkus dengan kalimat seolah-olah merendah agar terlihat lebih simpatik.

Di Indonesia, perilaku ini sering disebut sebagai "merendah untuk meroket". Arti dari sebutan ini adalah ketika orang merendah lewat kata-katanya tetapi niat aslinya adalah untuk meroket atau meninggikan diri agar mendapatkan pujian.

Beberapa contoh humble brag adalah seperti “Berat badan turun lagi, baju-baju longgar semua nih”, “Aduh capek banget, baru balik dari trip kerja ke Paris”, “Nggak nyangka deh, padahal nggak belajar, tapi malah jadi juara satu”, atau “Duh follower naik terus padahal aku jarang posting”.

Mengapa orang suka humble brag? Psikolog menjelaskan, fenomena ini akarnya berasal dari rasa insecure dan kebutuhan validasi sosial. Mereka ingin pamer pencapaian, seperti liburan mewah atau promosi jabatan, tapi takut dicap sombong, jadi dikemas sebagai keluhan.

Fenomena ini muncul dan menjadi populer karena media sosial memberi ruang besar bagi orang untuk membangun citra diri. Banyak penelitian komunikasi menunjukkan bahwa manusia cenderung ingin tampil baik di hadapan publik, dan humble brag dianggap sebagai strategi aman untuk terlihat sukses tanpa tampak sombong.

Namun, terdapat dua perspektif yang berbeda terhadap humble brag. Hal ini sering kali dinilai kurang tulus dibanding yang secara jujur memuji diri sendiri atau sekadar diam. Selain itu, sebuah penelitian dari Harvard mengungkapkan bahwa orang lebih menyukai pamer yang dilakukan secara terang-terangan.

Di sisi lain, dalam praktik sehari-hari, terutama di Indonesia, humble brag tidak selalu dianggap menyebalkan. Banyak yang melakukannya dengan nada bercanda atau untuk mencairkan suasana, sehingga "merendah untuk meroket" yang dilakukan dianggap sebatas humor pertemanan.

Meski begitu, kejujuran tetap jadi pendekatan yang paling disukai banyak orang. Kalau memang ingin berbagi kabar baik, sering kali cara paling aman adalah mengatakan apa adanya tanpa merendah secara berlebihan dan tanpa embel-embel. [rk]

Tags Terkait

Artikel Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic