ThePhrase.id – Muchlis Fachri yang akrab dipanggil Muklay adalah seorang seniman visual beken yang sangat terkenal di Indonesia. Karya seniman asli Betawi ini unik sehingga digemari oleh berbagai kalangan dan kerap diajak berkolaborasi oleh banyak pihak.
Ia berkolaborasi dengan band ternama RAN dengan melukis outfit untuk tampil pada acara penutupan Asian Games 2018. Muklay juga berkolaborasi dengan Gramedia pada ulang tahun ke-50 serta berkolaborasi dengan brand retail dari Jepang UNIQLO, hingga berkolaborasi dengan produsen mobil Daihatsu untuk campaign “Masker untuk Sahabat”, dan masih banyak lagi.
Karya yang dihasilkan Muklay ini sendiri condong ke arah comical art. Penuh dengan warna dan dominan dengan warna cerah, tak heran jika banyak orang yang tertarik dengan hasil karya laki-laki asal Jakarta ini dan mengajak berkolaborasi.
Muchlis Fachri. (Foto: Instagram/muklay)
Kegemarannya pada seni dimulai sejak ia duduk di bangku SD. Zaman dahulu di mana penggunaan internet belum semarak dan semudah sekarang, Muklay kecil terekspos pada gambar melalui street art yang ia lihat di jalanan.
Melanjutkan passionnya di bidang seni, ia kemudian berkuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jurusan seni rupa. Pada kanal youtube WestWew, Muklay mengungkapkan ternyata jurusan yang ia ambil itu bidang pendidikan. Alih-alih mendalami seni, lebih banyak mendalami metode mendidik. Meski begitu, passionnya pada seni tak pernah surut.
Ia sebenarnya diterima juga di Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta. Namun, karena beberapa pertimbangan seperti pekerjaan yang digelutinya kala itu, Muklay lebih memilih masuk ke UNJ. Pasalnya, jika ia kuliah di Yogya harus meninggalkan pekerjaannya. Alasan lainnya, karena keuangan, di mana ia ingin meringankan beban orang tua yang masih memiliki tanggungan untuk menyekolahkan dan membiayai kuliah adik-adiknya, Muklay lebih memilih masuk ke perguruan tinggi negeri.
Muchlis Fachri. (Foto: Instagram/muklay)
Muklay baru tahu bahwa dalam dunia seni di Indonesia lebih banyak seniman yang berasal dari Yogyakarta dan Bandung. Sebagai seorang seniman asal Jakarta, terlebih lagi dari universitas yang tenar untuk pendidikan, ia awalnya tak dilihat. Namun ia tak patah semangat, ia ingin membuktikan bahwa ia juga memiliki kemampuan walaupun tidak menimba ilmu di kedua kota tersebut.
Dalam menggeluti seni, ia didukung oleh kedua orang tuanya, meski kedua orang tuanya bukan berasal dari bidang seni. Muklay juga pernah bercerita bahwa pameran pertamanya ia ikuti dengan modal nekat, tekad, dan keyakinan.
“Pertama kali mulai ikut pameran tanpa ada saldo ATM, bener, gue gak punya ATM. Modalnya tekad dan keyakinan,” ujarnya pada salah satu video di kanal youtube Westwew.
Salah satu karya Muklay. (Foto: Instagram/muklay)
Dengan tidak adanya modal dan hanya berbekal tekad, Muklay mengikuti pameran untuk mencari pertemanan. Karena dari situ lah koneksi akan terbangun, dan hal tersebut menjadi guru baginya dalam mendalami seni.
Dimulai dari tahun 2014, saat karyanya dibeli oleh seseorang dengan komisi, kini Muklay telah mengikuti berbagai pameran dan berkolaborasi dengan berbagai brand serta bisnis. Tapi ternyata karya yang dibuatnya ini merupakan alat transportasi dari hal yang ingin ia sampaikan dan keresahan-keresahan yang ia rasakan.
Biasanya, seniman visual art jarang penamilkan personalnya pada publik, Muklay kemudian ditanya mengapa ia berbeda. Ia menjawab bahwa dulu ia terinspirasi dari seorang seniman, dan ia ingin mengenal individu seniman tersebut. Bagaimana kebiasaannya di luar menggambar, ia ingin terinspirasi dari kebiasaan seniman tersebut, tetapi hal tersebut tidak tercapai. Maka dari itu, ia membuka dirinya agar dapat menjadi inspirasi bagi orang lain juga.
Muchlis Fachri. (Foto: Instagram/muklay)
Berkat karya-karyanya, ia masuk ke dalam salah satu 30 under 30 Forbes 2020. Pada interviewnya untuk pemotretan Forbes, Muklay mengatakan bahwa ia tidak memiliki goal dalam hidupnya, karena baginya hal tersebut membuat dirinya menjadi terbatas.
“Sebenernya gua dari dalam hidup gak punya goal sama sekali, karena goal itu membuat kita menjadi terbatas, kalo menurut gue. Life must go on aja gitu, ngalir,” ungkapnya. [rk]