leader

Muzeki, Pendiri Galeri Kreatif untuk Anak Pekerja Migran

Penulis Rahma K
Oct 07, 2021
Muzeki, Pendiri Galeri Kreatif untuk Anak Pekerja Migran
Muzeki (tengah), pendiri Kampung Cerdas Ceria Galeri Kreatif di Kabupaten Malang. (Foto: instagram/galeri_kreatif)


ThePhrase.id – Muzeki adalah seorang pemuda dari desa kecil di Kabupaten Malang yang mendirikan sebuah tempat belajar bernama Kampung Cerdas Ceria Galeri Kreatif. Tempat belajar ini menampung anak-anak dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ditinggal di kampung.

Ketimpangan antara fasilitas pendidikan di kota dan desa sangat besar. Akibatnya, tidak banyak anak dari desa yang bisa berkembang dan maju. Terlebih lagi, banyak anak-anak di desa yang orang tuanya merantau ke luar negeri untuk menjadi PMI demi memperbaiki ekonomi keluarga.

Melihat hal ini, Muzeki tergerak untuk mendirikan Galeri Kreatif sebagai tempat belajar bagi anak-anak untuk dapat menambah pengetahuan pada bidang pendidikan, sosial, maupun minat dan bakat.

Pernah Merasakan yang Sama


(Foto: instagram/galeri_kreatif)


Pasalnya, Muzeki juga pernah merasakan apa yang anak-anak tersebut rasakan. Bedanya, ia ditinggal oleh lima kakaknya merantau ke luar negeri. Sedangkan kedua orang tuanya adalah petani tebu dan jagung, yang tidak berpendidikan tinggi. Sehingga, keadaan membuatnya belajar mandiri.

Awalnya, Galeri Kreatif tersebut ia dirikan sebagai Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang bertempat di ruang tamu rumahnya. TBM tersebut berlokasi di kampungnya yakni di Dusun Sukosari, Desa Rejoyoso, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Buku-bukunya berasal dari hasil buruannya dan koleksi pribadi.

Keinginan tersebut muncul saat ia masih duduk di bangku SMK. Ia dan beberapa temannya berburu buku hingga menempuh jarak hampir 40 km. Hal ini dikarenakan desa tempatnya tinggal berada di bagian selatan Kabupaten Malang, jadi ia harus menempuh jarak yang jauh.

Karena lambat laun makin banyak anak-anak yang datang ke TBM Muzeki, ia menambah berbagai kegiatan yang dapat mengasah kemampuan dan pengetahuan anak-anak tersebut. Antara lain adalah kegiatan belajar, dan juga pengajaran di luar pendidikan seperti menari, melukis, kaligrafi, kerajinan tangan, pentas seni, keterampilan, seni budaya, yang bermanfaat untuk mengasah minat dan bakat.

Selain itu, Muzeki juga mengajak murid-muridnya mengikuti kelas menulis, seminar motivasi kuliah, hingga kewirausahaan. Tujuannya adalah agar kelak anak-anak tersebut dapat mandiri dan tidak hanya mengandalkan merantau untuk mencari uang.

Dari Tidak Dipercaya Hingga Memiliki Lulusan


(Foto: instagram/galeri_kreatif)


Pada awal Muzeki mendirikan tempat belajar tersebut, banyak orang tua atau wali dari anak-anak di kampung yang tidak percaya. Namun, melihat anak-anak yang telah ikut mendapatkan ilmu, akhirnya banyak anak yang kemudian diperbolehkan mengikuti Galeri Kreatif.

Muridnya kebanyakan anak-anak SD, tetapi ada juga anak SMP hingga kuliah. Hebatnya, beberapa murid dari Galeri Kreatif tersebut ada yang dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat universitas. Bahkan ada yang akan lulus kuliah, tetapi mereka tidak melupakan Galeri Kreatif. Banyak juga relawan yang membantu mengajar anak-anak tersebut, seperti murid SMA dan mahasiswa.

“Meskipun anak desa, namun jangan sampai pendidikan mereka kalah dengan anak kota. Apalagi sampai putus sekolah dan terjerumus ke dalam dunia narkoba,” ungkapnya dilansir dari Detik.

Memberi Tanpa Meminta


Muzeki (kiri) dengan murid Galeri Kreatif. (Foto: instagram/galeri_kreatif)


Muzeki mendirikan Galeri Kreatif dari tahun 2011 dan ia tidak pernah memungut biaya sepeserpun kepada anak-anak yang belajar di situ. “Kalau orang mikir uang, sampai sekarang kami tidak kepikiran malahan. Pernah waktu itu ada orang ke sini malah nuduh, katanya kalau tidak ada uangnya tidak akan bisa ngurus galeri. Tapi ya silahkan siapapun tanya ke anak-anak atau relawan, kami memang tidak pernah minta gaji atau apapun,” imbuh Muzeki dilansir dari Malang Times.

Dari ruang tamu rumahnya, Muzeki juga sudah dapat mendirikan tempat sendiri untuk Galeri Kreatifnya. Biaya pembangunannya juga dari kantong Muzeki sendiri.

Selama pandemi, sekolah beralih menjadi daring. Kuota untuk mengikuti sekolah daring merupakan hal yang mahal bagi anak-anak desa tersebut. Galeri Kreatif kemudian berinisiatif menyediakan wifi gratis yang dapat digunakan anak-anak untuk ujian maupun belajar.

Muzeki beharap anak-anak tersebut dapat melanjutkan pendidikan dan tidak putus sekolah. Ia juga ingin agar mereka bisa mandiri di masa depan. Maka dari itu Muzeki menjalankan Galeri Kreatif dengan tulus tanpa imbalan. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic