leader

Nadine Siregar, Pendiri Generation Girl Ajak Perempuan Kuasai Teknologi

Penulis Rahma K
Aug 19, 2021
Nadine Siregar, Pendiri Generation Girl Ajak Perempuan Kuasai Teknologi
ThePhrase.id – Dunia teknologi atau IT kerap distereotipekan sebagai dunia laki-laki karena didominasi oleh gender tersebut. Meski dewasa ini sudah mulai banyak perempuan yang berkecimpung di bidang ini, namun masih banyak para perempuan yang minim pengetahuan dan keberanian untuk berkontribusi pada bidang teknologi.

Melihat hal ini, sejumlah perempuan Indonesia membuat sebuah program yang memberdayakan para perempuan muda untuk belajar STEM (Science, Technology, Engineering, Math). Program tersebut bernama Generation Girl, didirikan pada tahun 2018 yang kemudian dikembangkan menjadi yayasan bernama Yayasan Generasi Maju Berkarya (YGMB).

Tim Yayasan Generasi Maju Berkarya. (Foto: generationgirl.org)


Salah satu dari pendiri dari Generation Girl tersebut adalah Anbita Nadine Siregar. Perempuan yang akrab dipanggil Nadine ini merupakan seorang engineer. Alasannya mendirikan Generation Girl pada awalnya merupakan suatu hal yang personal. Ia merasa tidak menemukan atau memiliki seorang role model perempuan dari Indonesia di bidang teknologi yang ia geluti itu.

Ditambah lagi, dari podcast bersama Kartini Teknologi, Nadine mengatakan bahwa di dunia luar atau pada konferensi-konferensi yang ia datangi, ia selalu dipanggil sebagai ‘engineer perempuan’. Nadine kemudian bertanya-tanya mengapa gendernya harus dikhususkan pada dunia teknologi.

Untuk itu, ia ingin membuat suatu organisasi yang memperkenalkan dan mengakrabkan para perempuan muda di Indonesia terhadap teknologi agar lebih banyak lagi perempuan yang berkecimpung di dunia ini. Perempuan juga tidak lagi diasingkan sebagai ‘engineer perempuan’, dan dapat menjadi role model bagi generasi selanjutnya, dan bahkan menjadi pemimpin di bidang teknologi.

Anbita Nadine Siregar. (Foto: kartiniteknologi.id)


Nadine sendiri merupakan eks engineer di salah satu perusahaan startup di Indonesia yakni Go-jek. Di Go-jek ia memiliki posisi sebagai Product Engineer. Nadine meninggalkan pekerjaannya di Go-jek untuk secara penuh memberikan perhatiannya terhadap YGMB dan program-program di dalamnya.

Bahkan, Nadine mengambil studi S2 terkait Social Entrepreneurship and Business untuk memperkuat ilmunya mengenai sociopreneur dan bisnis dalam menjalani YGMB. Studi magisternya itu ia ambil di The London School of Economics and Political Science di Inggris, berbeda jauh dari studi S1-nya yakni pada Boston University di Amerika Serikat bidang Computer Science (CS).

Pada wawancaranya dengan beritasatu, Nadine mengatakan bahwa ketertarikannya pada CS atau bidang teknologi ini dapat dibilang cukup terlambat. Karena ia baru terekspos pada CS saat duduk di bangku kuliah. Maka dari itu, Generation Girl merupakan program yang didesain untuk para perempuan yang masih duduk di bangku SMP-SMA agar mereka dapat terekspos pada bidang STEM sedini mungkin.

Selain Generation Girl, YGMB juga memiliki program lain yang bernama “Pengajar Belajar”. Program ini merupakan program untuk mengajarkan para pengajar IT mengenai teknologi yang digunakan pada industri di kehidupan nyata. YGMB ingin memberikan dampak, baik bagi pelajar juga pengajar.

Anbita Nadine Siregar. (Foto: LinkedIn/Anbita Nadine Siregar)


Untuk itu, selain pengajaran STEM, terdapat juga pengajaran mengenai keterampilan teknis seperti problem solving, critical thinking, serta soft skills seperti confidence, communication skill, dan juga compassion yang dapat membentuk kepribadian para perempuan sehingga dapat memberikan dampak positif bagi mereka kelak.

Uniknya, Nadine merupakan orang Indonesia yang tumbuh besar di negara tetangga yakni Singapura. Sekolah yang ia jalani dari tingkat dasar hingga tingkat atas berada di negara tersebut. Ditambah lagi ia melanjutkan kuliahnya di Amerika Serikat. Tetapi Nadine kembali ke Indonesia untuk memulai jenjang kariernya.

Setelah meniti Generation Girl dan memutuskan keluar dari Go-jek, Nadine melihat terdapat masalah-masalah di bidang teknologi di Indonesia, sehingga hal tersebut mendorong keinginannya lebih besar untuk mengerjakan sesuatu yang memiliki dampak sosial agar membawa Indonesia lebih maju.

Nadine Siregar (kiri) saat mendapat oenghargaan Forbes 30 under 30 Asia 2021. (Foto: Instagram/generationgirl.id)


Berkat kerja keras Nadine dan timnya, mereka dinobatkan menjadi salah satu Forbes 30 under 30 Asia 2021 pada kategori Social Impact. Mereka dinobatkan di bawah kategori Social Impact karena membangun organisasi nirlaba yang berhasil melakukan programnya dengan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Tokopedia, Google, dan Microsoft, dan memiliki lebih dari 20.000 partisipan perempuan muda. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic