ThePhrase.id – Nidiya Kusmaya adalah seorang peneliti dan seniman tekstil yang berbakat dan memiliki berbagai prestasi. Salah satu yang menjadi fokusnya adalah penggunaan pewarna alami dalam berbagai produk tekstil.
Ia adalah lulusan S1 Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) pada Institut Teknologi Bandung (ITB) dan S2 di institut yang sama dengan fokus Design Craft and Tradition yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat.
Mengubah limbah makanan menjadi pewarna tekstil
Bukan pewarna alami biasa, Nidiya berinovasi menggunakan pewarna alami yang berasal dari limbah dapur atau food waste agar limbah tak terbuang sia-sia, tetapi dapat dimanfaatkan. Bahkan, ia juga memanfaatkan bahan-bahan tak biasa lainnya seperti jamur mikro dan bakteri sebagai pewarna tekstil yang ramah lingkungan.
Melalui penelitiannya, Nidiya memiliki tujuan untuk memperluas rantai makanan menjadi bahan pakaian. Ia bahkan kerap bepergian ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengeksplorasi kemungkinan baru pewarna alami untuk tekstil, sekaligus mengedukasi dan mengajar para pengrajin.
Pasalnya, industri tekstil yang makin berkembang kini menjadi salah satu sumber polusi terbesar di dunia. Maka dari itu, Nidiya menawarkan solusi akan pewarna yang lebih ramah lingkungan dengan alternatif berkelanjutan menggunakan limbah makanan dan pertanian.
Menurut Nidiya, menciptakan warna dari bahan makanan merupakan sesuatu yang lebih dari sekadar eskpresi dari seni. Hal itu merupakan bagian dari studi yang lebih luas, antara manusia, alam, dan spiritualitas.
"Saya mendapat inspirasi ketika saya melihat segala sesuatu yang tumbuh. Bagi saya, proses penciptaan warna dari bahan makanan sangat menghubungkan alam dengan manusia dan Tuhan. Ini adalah hubungan yang akan terus berkembang hingga akhir zaman," tutur Nidiya Kusmaya, dilansir dari 50Next.
Prestasi berkat mengolah limbah makanan menjadi pewarna tekstil
Berkat penemuan dan kegigihannya dalam bidang pewarna alami tekstil, Nidiya tercatat sebagai salah satu #50Next. 50Next adalah daftar yang berisi 50 sosok inspiratif yang berkontribusi dalam bidang gastronomi. Penobatan ini diberikan oleh The World's 50 Best, dan Nidiya masuk pada kategori Science Innovators di tahun 2022.
Selain itu, ia juga masuk dalam 2020 Visionaries versi Fine Dining Lovers sebagai salah satu Food Innovators tahun 2020 dari 20 orang di seluruh dunia. Karyanya dianggap sebagai pengingat bahwa sistem pangan dan gastronomi dapat mempengaruhi banyak sektor dan bahkan dapat menjadi masa depan yang berkelanjutan.
Kecintaan terhadap pewarna alami
Nidiya yang merupakan lulusan FSDR ITB telah berhadapan dengan berbagai bentuk dan macam seni. Karena itu, ia telah memiliki berbagai pengalaman dalam eksperimen seni, termasuk tekstil.
Untuk itu, ia telah mempelajari pewarna tekstil, mulai dari yang terbuat dari bahan kimia hingga yang dari alam. Namun, bagi Nidiya, pewarna alami memiliki peranan khusus di berbagai aspek. Ia juga merasakan kedekatan khusus antara ketika menggunakan material dan mengolahnya, yakni ia merasakan kedekatan khusus dengan dirinya dan alam.
Terlebih lagi, Nidiya kerap berpikir bagaimana orang zaman dahulu ketika pertama kali menemukan warna, perasaan mereka, dan rasa penasarannya. Karena, itulah yang ia rasakan ketika menemukan warna baru yang ia lakukan secara langsung.
"Kadang-kadang aku ngebayanginnya kalau eksperimen pakai pewarna alam dan coba mendiscover tuh kayak painter-painter zaman dulu tuh ngerasanya tuh gini gak sih pas nemuin warna? Kan gak ada artshop," ungkap Nidiya pada wawancaranya dengan The Textile Map.
Nidiya juga menyadari bahwa di sekitarnya terdapat berbagai material yang sudah tidak digunakan seperti di halaman rumahnya yang dapat ia olah menjadi pewarna alami. Ia tertarik dengan sesuatu yang hasilnya menarik, dibanding yang sudah pasti.
"Walaupun itu mungkin bukan new discovery, tapi ketika aku sendiri yang mencoba itu langsung dan merasa menemukan sesuatu atau aku merasa 'oh ternyata mengetahui sesuatu yang baru itu jadi gini loh'. Persaaan-perasaan seperti itu yang bikin aku excited terus untuk belajar dan bereksperimen, dan berkarya di sini. Jadi gak bosen, ada challenge tersendirinya," lanjutnya. [rk]