Thephrase.id - Sampah sudah menjadi masalah yang cukup besar di berbagai kota di dunia, termasuk di Indonesia. Di beberapa negara maju, mendaur ulang sampah merupakan hal yang wajib saat seseorang membuang sampah rumahnya ke tempat pembuangan sampah. Namun di Indonesia, meski sudah disosialisasikan dan diimplementasikan, masih banyak orang yang tidak melakukan daur ulang sampah dan memilih membuang sampah seutuhnya.
Beberapa faktor yang membuat orang malas untuk mendaur ulang sampah diantaranya adalah tidak adanya waktu untuk memilah sampah yang dapat didaur ulang dan tidak tahu harus dibuang kemana sampah yang sudah dipilah. Untuk mengatasi masalah itu, kini terdapat aplikasi untuk mendaur ulang sampah yang praktis dan menguntungkan bernama Octopus.
Octopus adalah sebuah aplikasi yang memudahkan orang membuang sampah daur ulang karena sampah daur ulang yang akan dibuang dapat dijemput oleh seorang yang disebut Pelestari. Pelestari adalah mitra dari Octopus yang akan menjemput sampah daur ulang dari rumah ke rumah. Semua orang bisa menjadi Pelestari, baik pemulung, satgas kebersihan, mahasiswa, ataupun ibu rumah tangga.
Tak hanya mengambil sampah dari masyarakat yang meng-order, Pelestari juga membersihkan sampah di pantai. (Foto: pantai bali, instagram.com/octopus.ina)
Konsep yang diusung oleh aplikasi ini adalah seperti aplikasi ojek online. Dimana orang dapat meng-order Pelestari untuk mengambil sampah daur ulang yang telah dikumpulkannya. Ditargetkan untuk semua orang, tak hanya ibu rumah tangga, kini masyarakat dapat mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang hingga cukup banyak dan memanggil Pelestari untuk mengambil sampah tersebut. Sampah yang dapat didaur ulang pun beragam, mulai dari plastik, barang elektronik, popok, hingga pembalut.
Keuntungan bagi masyakat yang menggunakan Octopus bukan hanya sampahnya diambil di rumah, namun setiap melakukan daur ulang sampah akan mendapat poin yang dinamakan poin DTBM. Poin DTBM ini kemudian dapat ditukarkan dengan pulsa, paket data, hingga token listrik loh!
Tak hanya memudahkan masyarakat untuk mendaur ulang sampah, aplikasi dan gerakan ini juga membantu para pemulung untuk mencari sampah. Biasanya, pemulung harus mencari sampah dari rumah ke rumah dan dalam satu hari harus menempuh berkilo-kilo meter untuk mendapatkan target sampah hariannya.
Belum lagi sampah yang telah dikumpulkan oleh para pemulung ini harus dibersihkan terlebih dahulu dan juga dipilah, karena masih banyak orang yang tidak memilah sampahnya dengan baik. Apabila tidak dipilah, harga jual sampah akan menjadi kecil.
Testimoni dari seorang Pelestari di Bali. (Foto: instagram.com/octopus.ina)
Dengan menjadi Pelestari di Octopus, para pemulung ataupun orang yang menjadi Pelestari akan menghemat lebih banyak waktu karena tidak perlu keliling berkilo-kilo meter, hanya tunggu panggilan masuk lalu langsung jalan menuju alamat tujuan. Selain menghemat waktu, keuntungan lain bagi para Pelestari adalah tidak perlu membersihkan sampahnya, karena masyarakat yang mengumpulkan sampah sudah memisahkan di wadah tersendiri.
Tujuan dari Octopus itu sendiri yaitu memperbaiki infrastruktur dan kehidupan pemulung, sembari membersihkan lautan dan daratan dalam skala nasional. Dan tentunya untuk mensejahterakan semua masyarakat dan memperbaiki lingkungan serta gaya hidup untuk masa depan yang lebih bersih ya!
Dimulai dari kota Makassar, Octopus kemudian merambah ke Bali, dan Bandung yang baru saja resmi beroperasi pada tanggal 5 Mei 2021 silam. Peresmian tersebut dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan Co-Founder Octopus, Hamish Daud.
Peresmian Octopus di Bandung. (Foto: instagram.com/octopus.ina)
Octopus akan terus menjalar ke kota-kota lain di Indonesia agar dapat mengurangi dan mendaur ulang sampah. ThePhrase.id harap, warga kota Makassar, Bali, dan Bandung mulai mendaur sampahnya menggunakan Octopus ya! Karena bukan hanya menguntungkan masyarakat, tapi juga membantu para Pelestari. [rk]