ThePhrase.id – Pernahkah kamu bertanya-tanya, apakah suhu dan cuaca sebuah negara, daerah, atau wilayah berpengaruh terhadap mobil listrik? Seperti baterainya, jarak tempuhnya, hingga performanya.
Berdasarkan pengujian dan studi yang dilakukan oleh Recurrent pada 13 mobil listrik di suhu rendah atau dingin, terbukti bahwa jarak tempuhnya berkurang, dibandingkan apabila dikendarai di suhu normal, sekitar 20 derajat celsius.
Meskipun pengurangan tersebut berbeda-beda dari modelnya, tetapi semua mobil listrik yang diuji mengalami penurunan jarak tempuh. Mobil yang jarak tempuhnya paling berkurang adalah Chevrolet Bolt yang berkurang hingga 32 persen.
Volkswagen ID.4. (Foto: vw.com)
Di atasnya, ada Ford Mustang Mach-E dan VW ID.4 yang rangenya berkurang 30 persen. Keempat model Tesla, yakni Model 3, Model S, Model X, dan Model Y berkurang di angka 15 hingga 17 persen. Sementara itu untuk yang jarak tempuhnya hanya berkurang sedikit adalah Jaguar I-Pace dengan pengurangan 3 persen.
Perbedaan ini ditentukan dengan beberapa komponen yang disematkan di mobil oleh produsen. Seperti Jaguar I-Pace dan Audi e-tron yang hanya berkurang 8 persen dilengkapi dengan heat pump yang dapat menangkap kembali panas yang telah dihasilkan oleh powertrain.
Sedangkan mobil yang jarak tempuhnya berkurang seperti Ford Mustang Mach-E dan VW ID.4 memiliki resistance heating yang menguras baterai.
Secara umum, temperatur udara memiliki dampak yang signifikan terhadap efisiensi energi kendaraan listrik. Yang pertama, suhu mempengaruhi efisiensi baterai. Pasalnya, baterai EV dirancang untuk bekerja pada suhu normal atau optimal, sekitar 20 derajat celsius atau lebih hangat.
Jaguar I-Pace. (Foto: jaguar.co.id)
Yang kedua, suhu sekitar mobil dapat mempengaruhi kondisi di dalam kabin. Suhu yang lebih panas membuat AC otomatis menyala, dan suhu yang lebih dingin membutuhkan penghangat. Energi ini diambil dari baterai yang sama, sehingga berdampak pada penurunan efisiensi baterai hingga efesiensi jarak tempuh. Dengan begitu, suhu panas maupun dingin memang mempengaruhi performa mobil listrik.
Untuk cuaca panas, yang lebih terdampak adalah baterai dari mobil listrik. Pasalnya, menurut studi pada masa pakai baterai yang dilakukan oleh beberapa peneliti, salah satunya adalah Mikael G. Cugnet mengatakan bahwa usia pakai baterai bergantung pada beberapa variabel seperti suhu baterai, status pengisian, hingga protokol pengisian daya.
Terkait suhu tinggi atau panas, ia mengatakan bahwa saat suhu melebihi 86 derajat fahrenheit atau sekitar 30 derajat celsius, baterai lithium-ion, yang banyak digunakan kendaraan listrik, akan mulai mengalami efek buruk.
"Suhu di atas 86 derajat fahrenheit mempengaruhi kinerja paket baterai secara instan dan bahkan permanen jika berlangsung berbulan-bulan seperti di negara-negara Timur Tengah," ujarnya, dilansir dari Motor1. [rk]