ThePhrase.id – Belum lama ini, sebuah video yang viral di media sosial menggemparkan netizen Indonesia. Dalam video tersebut, terlihat seorang petugas PT KAI menahan seorang ibu yang diduga berniat membuang bayinya di lintasan kereta api Commuter Line di stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Setelah sang ibu dan bayinya diamankan, Kapolsek Pasar Minggu, Kompol David Pratama Purba mengatakan bahwa yang hendak dilakukan ibu tersebut sebelum ditahan petugas PT KAI bukanlah membuang bayi, melainkan percobaan bunuh diri bersama sang bayi.
Alasan di balik aksi yang berhasil digagalkan petugas ini diduga lantaran sang ibu merasa stres pasca melahirkan dan tengah mengalami baby blues atau postpartum depression.
Apa itu baby blues dan postpartum depression? Tak sedikit orang yang menganggap kedua kondisi ini adalah hal yang sama. Nyatanya, baby blues dan postpartum depression adalah dua hal yang berbeda. Apa perbedaannya? Yuk simak!
Persalinan merupakan sebuah kejadian yang life-changing dan mengubah hidup. Setelah melahirkan, seorang perempuan otomatis menjadi seorang ibu, dan akan mengalami berbagai perubahan, baik yang terjadi di dalam diri, maupun dalam keseharian.
Perubahan yang terjadi dari dalam diri seperti perasaan emosional, hormon, hingga perubahan fisik yang dialami seorang ibu menjadi pemicu seorang perempuan mengalami kondisi yang disebut baby blues.
Seorang ibu dapat merasa sedih, gundah, tidak berharga, sensitif, emosi naik turun, cemas hingga menangis.
Tetapi, baby blues tidak menghalangi ibu untuk dapat beraktivitas sehari-hari dan mengurus sang bayi. Baby blues dapat terjadi selama beberapa jam setiap hari dan akan berlangsung hingga 14 hari atau dua minggu.
Baby blues bukanlah hal yang tak wajar, karena menurut penelitian, sekitar 80 persen ibu yang baru melahirkan dapat mengalami kondisi ini.
Namun, jika kondisi seperti di atas berlangsung lebih dari dua hingga tingga minggu, yakni bertahan hingga beberapa bulan atau bahkan satu tahun, maka kondisi tersebut tak lagi disebut baby blues, melainkan postpartum depression.
Selain durasi, gejala-gejala postpartum depression juga lebih parah dari baby blues. Sang ibu dapat mengalami gejala yang sama dengan baby blues tetapi lebih parah seperti merasa sedih yang berlebihan, merasa tidak berdaya, putus asa, pola makan yang berantakan, enggan beraktivitas, perasaan tidak terikat dengan bayi, hingga perasaan ingin menyakiti diri sendiri, bayi, atau bahkan bunuh diri.
Penyebab terjadi kedua kondisi ini juga terdapat perbedaan. Jika baby blues umumnya disebabkan oleh perubahan fisiologis dan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, postpartum depression dipengaruhi juga oleh faktor psikososial yang dikombinasikan dengan perubahan hormon, situasi yang sulit, dan juga masalah-masalah lainnya.
Postpartum depression bukanlah kondisi yang dapat disepelekan, terlebih lagi jika terus terjadi. Maka dari itu, jika mengenal seseorang yang mengalami kondisi ini, ada baiknya diarahkan untuk segera menemui dokter atau psikolog agar dapat penanganan yang tepat. [rk]