ThePhrase.id – Suryo Agung Wibowo adalah seorang atlet lari atau pelari yang memiliki julukan manusia tercepat di Asia Tenggara karena dua kali memecahkan rekor 100 m putra pada SEA Games.
Namun, meskipun julukan yang fantastis tersebut tersematkan pada namanya, ternyata Suryo pada awalnya tidak bercita-cita menjadi pelari, melainkan sebagai pemain bola.
"Sebenarnya tidak ada cita-cita jadi pelari. Cita-citanya seperti kebanyakan anak-anak di Indonesia, pemain bola," beber Suryo, dikutip dari laman Kemenpora.
Karena cita-cita tersebut, ia pun bergabung dengan klub sepak bola sejak kecil. Kegigihan dalam menekuni sepak bola terus ia lakukan hingga duduk di bangku SMA. Tetapi di SMA ia mulai mengenal olahraga lain, yakni atletik melalui nomor lompat tinggi.
Karena pencapaiannya dalam olahraga tersebut menjanjikan pada lomba atletik antarpelajar dan menjadi yang mendapatkan nilai paling tinggi di sekolah, ia pun dikumpulkan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Solo untuk mengikuti klub atletik pelajar di daerah tersebut.
Ketika seleksi Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) Jawa Tengah tahun 2000 datang, Suryo dilanda kebingungan karena ia ingin mengikuti seleksi untuk kedua olahraga yang ditekuninya, sepak bola dan atletik.
Tetapi, karena hal tersebut tidak diperbolehkan, ia diminta untuk memilih salah satu. Pilihannya jatuh kepada atletik karena olahraga ini telah memberinya prestasi, dan ia tak ingin mengalami kegagalan lain dalam seleksi.
Pasalnya, Suryo sempat dua kali mengikuti seleksi pemain sepak bola senior untuk pemain Persis Solo dan pemain Piala Mendagri untuk Jawa Tengah, tetapi ia harus menelan kegagalan pada keduanya.
"Setelah dua kali gagal di seleksi sepak bola tadi, saya tidak mau gagal ketiga kalinya. Akhirnya saya memutuskan ikut atletik," ungkapnya.
Pada seleksi atletik, Suryo tak hanya mengikuti seleksi pada nomor lompat tinggi, tetapi juga lari 100 meter karena ia dinilai memiliki kecepatan pada nomor jarak pendek tersebut. Alhasil, ia berhasil meraih medali emas pada dua nomor yang diikutinya, mengalahkan atlet-atlet binaan sekolah atlet Ragunan.
Setelah itu, ia dihampiri oleh pelatih atletik dari Pemusatan Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Jateng dan ditawarkan untuk ikut Kejuaraan Nasional Junior di Stadion Madya Senayan.
Namun, karena tim Jateng telah terbentuk dan ia merupakan atlet tambahan, ia ditantang jika dapat lari di bawah 11,20 detik maka per Januari 2001 dirinya dapat masuk PPLP persiapan Popnas Palembang di tahun yang sama.
Lagi-lagi Suryo berhasil membuktikan dirinya dengan mencatatan waktu 11,11 detik. Ia kemudian turun di Popnas Palembang 2001 dan membawa pulang medali emas. Dari situ, prestasinya makin moncer, mulai dari medali perak di Kejurnas Junior 2001, hingga medali emas di Kejurnas Nasional 2002.
Ia juga dikirim ke luar negeri sebagai perwakilan Indonesia. Pertama kalinya pada Kejuaraan Junior Asia di Thailand dan sukses membawa pulang medali emas. Ia juga berangkat ke SEA Games 2003 di Vietnam dan memenangkan medali perunggu nomor lari estafet.
Ketika kariernya tengah menukik, Suryo harus rehat sejenak karena mengalami cedera hamstring. Karena cedera ini, ia harus menerima kekalahan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004 Palembang dan baru comeback di tahun 2005.
Setelah mencatatkan medali perunggu di tahun 2005, ia kemudian diterbangkan ke Thailand untuk mengikuti SEA Games 2007. Tahun 2007 menjadi puncak kariernya karena ia berhasil mengharumkan nama bangsa sekaligus mencetak rekor baru.
Tercatat, Suryo memenangkan medali emas di nomor 100 meter dan 200 meter, serta medali perak di nomor estafet 4x100 meter. Ia juga memecahkan rekor SEA Games 100 meter, dan dua rekornas di nomor 200 meter dan estafet 4x100 meter.
Dua tahun kemudian pada SEA Games 2009 di Laos, Suryo kembali menorehkan prestasi, yakni medali emas dan mencetak rekor baru pada nomor 100 meter dengan waktu 10,17 detik yang hingga saat ini belum terpecahkan.
"Rekor SEA Games 100 meter itu belum terpecahkan dari 2009, 10.17 detik. Kemudian rekornas 200 meter 20.76 detik, itu juga belum terpecahkan dari 2007 sampai sekarang," ujarnya.
Ajang internasional terakhir yang diikuti Suryo adalah Asian Games 2010 di Tiongkok dengan torehan waktu di peringkat keenam. Pada tahun 2011 ia mengucapkan selamat tinggal pada dunia atletik yang membesarkan namanya.
Namun, ia masih aktif sebagai pelatih fisik timnas berbagai cabang olahraga, sekaligus sebagai PNS di Kementerian Pemuda dan Olahraga sejak diangkat pada tahun pada tahun 2008. Selain itu, ia juga mendirikan Suryo Agung Running School. [rk]