ThePhrase.id - Pulau Penyengat merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau yang berjarak kurang lebih 1,8 km dari pusat kota. Pulau yang memiliki panjang 2.000 meter dan lebar 850 meter ini dinobatkan menjadi salah satu Desa Wisata Terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Tahun 2023.
Berpenduduk 2.500 jiwa, Pulau Penyengat menjadi salah satu objek wisata pilihan di Kepulauan Riau yang menyimpan sejarah kerajaan. Tak hanya digemari oleh wisatawan lokal, wisatawan mancanegara dari Singapura, Malaysia hingga Brunei Darussakan juga datang untuk mendalami sejarah yang terdapat di pulau ini.
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, pulau ini memiliki peran penting terkait sejarah kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang dan kerajaan Riau-Lingga pada abad ke-18. Maka tak heran jika terdapat banyak peninggalan budaya Melayu yang dapat dilihat.
Pulau Penyengat sudah lama dikenal oleh para pelaut untuk singgah karena persediaan air tawar yang cukup banyak. Nama tersebut juga berasal dari cerita rakyat yang menceritakan sekelompok pelaut yang disengat serangga karena telah melanggar pantang-larangan ketika mengambil air.
Namun, dari segi Sejarah, pulau ini merupakan hadiah dari Sultan Mahmud kepada isterinya pada tahun 1805. Pada masa itu Mahmud sebagai Yang Dipertuan Muda Riau IV membangun pemukiman di atas beserta beberapa benteng di antaranya adalah Benteng Bukit Kursi untuk melindungi serangan dari Belanda.
Pemberian hadiah tersebut menarik perhatian Yang Dipertuan Muda Jaafar yang kemudian memindahkan kedudukannya ke Penyengat, sedangkan Sultan Mahmud pindah ke Daik-Lingga. Seiring berjalannya waktu, kerjaan Melayu Riau-Lingga semakin tidak stabil karena campur tangan Belanda. Sehingga pusat kerajaannya dipindahkan dari Daik ke Penyengat pada tahun 1900.
Sejarah panjang kerajaan Melayu inilah yang menjadikan Pulau Penyengat juga didorong menjadi pusat Pusat Studi Budaya Melayu Islam Sedunia oleh Menparekraf Sandiaga Uno. Selain sejarahnya, beberapa peninggalan yang masih terjaga menjadi saksi berdirinya kerajaan tersebut.
Peninggalan sejarah yang penting di antaranya Masjid Ray Sultan Riau yang dibangun dari campuran bahan bangunan menggunakan putih telur. Terdapat juga makam-makam para raja, serta makam pahlawan nasional Raja Ali Haji yang dikenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu. Selain itu juga ada kompleks Istana Kantor hingga benteng pertahanan di Bukit Kursi yang dibangun oleh Sultan Mahmud.
"Untuk itu saya Insyaallah akan mengembangkan salah satunya adalah memberikan fasilitasi melalui Kemendikbud Ristek untuk berbagai intervensi kebijakan termasuk juga untuk menjadi Pusat Studi Budaya Melayu Islam sedunia," kata Menparekraf Sandiaga melansir laman Kementerian Pariwisara dan Ekonomi Kreatif. [Syifaa]