ThePhrase.id – Apakah kamu pernah mendengar istilah fexting? Fexting adalah gabungan dari dua kata dalam bahasa Inggris, yakni fighting yang berarti bertengkar dan texting yang berarti mengirimkan pesan.
Jika digabungkan, istilah fexting memiliki arti bertengkar melalui pesan atau chat dan yang tidak dilakukan secara langsung. Fenomena ini kerap terjadi pada pasangan yang jarang bertemu atau tengah menjalani Long Distance Relationship (LDR).
Hal ini terlihat simpel dan sepele, tetapi mengapa menjadi sebuah istilah yang populer?
Diketahui, istilah ini menjadi populer setelah Ibu Negara Amerika Serikat, Jill Biden mengatakan bahwa ia memilih untuk melakukan fexting ketika berdebat dengan sang suami, yakni Presiden Joe Biden untuk menghindari berdebat secara langsung di depan para Secret Service.
Meskipun menjadi populer, fexting bukanlah hal yang baik untuk dilakukan karena memberikan dampak buruk pada kedua pihak yang berdebat. Bahkan, pengaruhnya lebih negatif dari pertengkaran yang terjadi secara langsung.
Mengapa bisa begitu? Dikutip dari laman Verywell Mind, pertengkaran yang dilakukan melalui pesan tertulis di ponsel kita dapat menyebabkan berbagai masalah hingga perpisahan. Pasalnya, kata-kata yang dituliskan tidak dibarengi dengan isyarat yang dapat dilihat dalam interaksi secara langsung seperti:
Sehingga, bisa saja pesan yang sebenarnya dikirim oleh satu pihak yang tidak dengan amarah atau perasaan negatif, dianggap sebagai pesan kemarahan oleh sang penerima karena tak ada petunjuk pendukung seperti nada bicara.
Salah penafsiran ini dapat berlanjut menjadi pertengkaran. Sang pengirim yang aslinya berperasaan netral dapat merasa dituduh oleh lawan bicara karena dianggap mengirimkan pesan amarah, padahal bukan itu yang dirasakan. Alhasil, terwujudlah pertengkaran.
Ketika pertengkaran kecil telah berkembang menjadi pertikaian besar, maka hal ini juga rentan menuai salah penafsiran hingga berujung pada menyakiti satu sama lain.
Jika hal ini terjadi, kedua pihak dapat mengirimkan pesan jahat yang biasanya tak dilakukan seperti mencela dengan kata-kata kasar hingga menggunakan huruf besar untuk menirukan suara teriakan. Sama halnya dengan pertengkaran tatap muka, ini dikarenakan emosi makin bergejolak, ditambah lagi tak ada isyarat pendukung yang dapat meredam emosi.
Terlebih lagi, memulihkan kondisi pasca fexting dikatakan lebih sulit daripada pertikaian yang terjadi secara tatap mata. Karena, perasaan masing-masing pihak masih tersakiti dan masih dalam kondisi kesalahpahaman maksud tanpa ada penjelasan yang meluruskan.
Selain itu, jika bertengkar secara langsung, salah satu pihak dapat menahan pasangannya untuk tidak meninggalkan percakapan sebelum masalah tuntas. Fexting lebih sulit diatasi karena salah satu pihak dapat meninggalkan ponsel begitu saja ketika tak lagi ingin berbicara dengan pasangannya dan membuat sulit untuk dihubungi.
Kendati demikian, fexting memberikan keuntungan, yakni ruang lebih untuk masing-masing pihak merangkai kata sebelum mengirimkannya. Berbeda dengan percakapan langsung yang jika tak langsung dijawab dapat dilihat oleh lawan bicaranya.
Keunggulan ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menghindari pertikaian lebih lanjut yang memperkeruh keadaan. Seperti tidak terbawa emosi dan menyikapi pesan dari pasangan lebih dewasa dengan melihat dari berbagai sudut pandang. [rk]