leader

Rangi Wirantika, Dokter Humanitarian di Berbagai Perbatasan Dunia

Penulis Rahma K
Sep 29, 2021
Rangi Wirantika, Dokter Humanitarian di Berbagai Perbatasan Dunia
ThePhrase.id – Rangi Wirantika merupakan dokter humanitarian di berbagai perbatasan dunia. Ia mendedikasikan dirinya untuk membantu sesama yang kesulitan di perbatasan dan di negara-negara perang.

Rangi tergabung pada Medecins Sans Frontières (MSF) atau Doctors Without Borders, sebuah organisasi kemanusiaan medis internasional independen yang memberikan bantuan kepada orang-orang terdampak konflik senjata, epidemi, pandemi, bencana alam, dan darurat perawatan kesehatan di seluruh dunia.

Rangi Wirantika. (Foto: detik.com)


Keinginannya untuk menjadi seorang humanitarian worker telah tumbuh sejak dini, meski kala itu Rangi belum mengerti sebutan tersebut.

Saat Rangi berumur 11 tahun, ia melihat berita di televisi yang menayangkan informasi perang di Kosovo. Pada tayangan tersebut memperlihatkan ibu-ibu, orang tua, dan anak kecil yang mengungsi ke Eropa dengan berjalan kaki, padahal sedang musim dingin.

Ia pun bertanya-tanya, apakah ada yang menolong mereka, apakah mereka mendapat layanan kesehatan, bagaimana mereka makan. Dari situ, ia terpikirkan harus menjadi orang yang dapat menolong orang-orang tersebut kelak.

Rangi Wirantika. (Foto: doctorswithoutborders.org)


Selulusnya dari SMA, saat sedang bimbang hendak mengambil jurusan apa untuk melanjutkan kuliahnya, seorang temannya menyarankan untuk masuk ke Doctors Without Borders. Bukan tanpa alasan, melainkan karena Rangi telah terobsesi dengan kejadian konflik Kosovo yang ia lihat di televisi saat ia kecil.

Berbekal informasi tersebut, Rangi kemudian membulatkan tekad untuk mengambil jurusan kedokteran agar dapat tergabung dengan organisasi tersebut. Setelah menjalani kuliahnya di Universitas Trisakti, lulus pada tahun 2012, menjalani koas di Lampung, dan bekerja sebagai dokter di Bekasi, Rangi akhirnya bergabung dengan MSF pada tahun 2015.

Diterbangkan ke Berbagai Negara


Dengan MSF, ia telah memiliki berbagai pengalaman diterbangkan ke wilayah yang membutuhkan bantuan. Salah satu di antaranya adalah di Yaman. Pada tahun 2016, ia diberangkatkan ke sebuah kota di Yaman bernama Taiz yang dekat dengan perbatasan perang.

Rangi Wirantika. (Foto: msf-seasia.org)


Saat sedang menjalani perjalanan darat dari ibu kota, ia dan beberapa dokter lainnya berada di satu mobil yang di dalamnya juga terdapat pasukan bersenjata. Pada Berita Satu, ia menceritakan bahwa terdapat beberapa check point yang mengharuskan tiap mobil dicek dokumen perjalanannya.

Pada perjalanan itu, ia mengalami sebuah kejadian yang membuatnya sempat ingin mundur. Di salah satu check point, mobil sebelahnya tidak berhenti, sehingga membuat pasukan yang ada dalam mobil yang ia tumpangi menembakkan senjata ke arah mobil tersebut. Ia otomatis tiarap dan merasa ketakutan.

Wajar, itu kali pertama ia melihat senjata api secara langsung, bahkan mendengar dan melihat tembakannya. Sesampainya di kota tersebut, Rangi langsung berkeinginan untuk pulang. MSF tidak melarangnya, tetapi mengajak Rangi melihat kondisi sekitar.

Rangi Wirantika. (Foto: detik.com)


Terenyuh melihat kondisi masyarakat yang kekurangan pelayanan medis, Rangi memutuskan untuk tinggal. Ia menangani bangsal anak, bayi baru lahir, dan malnutrisi. Berurusan dengan anak kecil membuatnya bahagia. Bahkan, merekalah yang menghibur Rangi dan membuatnya ingin bertahan di sana, meski dengan kondisi serangan udara dan meriam dapat terdengar jelas setiap waktu.

Selain Yaman, Rangi juga telah diterbangkan ke Pakistan dan Bangladesh. Di Bangladesh ia menjadi petugas medis untuk pengungsi Rohingya yang jumlahnya sangat banyak dan membutuhkan perhatian medis ekstra.

Dengan pengalamannya mengabdi di negara-negara konflik tersebut, membuka matanya lebih lebar lagi tentang kehidupan serta mengajarkannya rasa syukur yang lebih besar lagi.

Rangi Wirantika. (Foto: msf-seasia.org)


“Ini merupakan pengalaman yang membuka mata. Semua hal kecil yang kita keluhkan dalam kehidupan sehari-hari tidak ada artinya ketika berada di zona perang. Hal tersebut membuat saya bersyukur memiliki rumah dan negara yang damai tempat saya kembali,” ujar Rangi dikutip dari The Jakarta Post.

Rangi juga mengatakan bahwa jika ia mengambil cuti beberapa saat atas alasan sekolah lagi, maupun alasan lain, ia akan kembali lagi menjadi humanitarian di MSF. Menurutnya, karena sekali sudah masuk tidak dapat keluar lagi, karena sudah ‘nagih’ membantu sesama. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic