ThePhrase.id – Disamping Erick Thohir yang terpilih menjadi Ketua Umum PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) pada 16 Februari 2023, terdapat dua sosok yang menjadi waklinya. Posisi Wakil Ketua Umum I diisi oleh Menpora Zainudin Amali, dan Ratu Tisha sebagai Wakil Ketua Umum II.
Hebatnya, perempuan bernama lengkap Ratu Tisha Destria ini berhasil menjadi perempuan pertama yang menduduki posisi wakil ketua umum sepanjang sejarah PSSI. Ia akan menjabat untuk periode 2023 hingga 2027.
Sebelum terpilih untuk mengisi jabatan ini, Tisha juga pernah berkecimpung di PSSI, yakni sebagai Sekretaris Jenderal periode 2017-2020. Pada saat menjabat posisi tersebut, ia juga merupakan perempuan pertama yang berhasil diangkat menjadi Sekretaris Jenderal sepanjang sejarah PSSI.
Ketua Umum PSSI terpilih Erick Thohir (tengah), Wakil Ketua Umum PSSI terpilih Zainudin Amali (kiri) dan Ratu Tisha (kanan). (Foto: Antara Foto/Dhemas Reviyanto)
Kerusuhan pada pemilihan Wakil Ketua Umum PSSI
Namun, terdapat kerusuhan pada Kongres Luar Biasa PSSI 2023 atau saat pemilihan ketua dan wakil ketua umum PSSI. Kerusuhan tersebut disebabkan hilangnya suara voter pada pemilihan wakil ketua umum. Setelah hilang, Zainudin Amali dan Yunus Nusi terpilih sebagai dua wakil ketua umum.
Tetapi, para voter merasa terdapat kejanggalan dalam pemilihan tersebut dan mencurigai adanya beberapa suara yang dihilangkan. Maka dari itu, pemilihan dilakukan ulang.
Dari pemilihan ulang tersebut Ratu Tisha mendapatkan 54 suara, dan Yunus Nusi mendapatkan 53 suara, sdangkan Zainudin Amali mendapatkan 44 suara. Tetapi, Yunus Nusi mengundurkan diri, dan Menpora Zainudin naik menjadi salah satu wakil ketua umum dengan Ratu Tisha.
Karier Tisha di bidang manajemen sepak bola
Ratu Tisha. (Foto: Instagram/ratu.tisha)
Tisha bukanlah sosok yang asing di PSSI. Ia telah terlebih dahulu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI. Ia memegang jabatan ini dari tahun 2017 hingga 2020, tetapi mengundurkan diri sebelum jabatannya usai, yakni pada 13 April 2020.
Sebelum dipercaya menjadi Sekjen di PSSI, Tisha memulai karier manajemen sepak bolanya dengan menjadi direktur kompetisi Indonesia Soccer Championship (ISC) di tahun 2016. Di tahun 2017, ia juga dipercaya menjadi direktur kompetisi Liga 1 dan Liga 2.
Di tahun 2019, saat masih menduduki posisi sebagai Sekjen, Tisha juga terpilih menjadi salah satu Wakil Presiden dari AFF (ASEAN Football Federation). Posisi tersebut ia jabat untuk periode 2019 hingga 2023.
Dengan posisi-posisi impresif yang didudukinya, apa latar belakang Tisha?
Tisha merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Matematika tahun 2008. Setelah lulus, Tisha berkecimpung di industri perminyakan, yakni pada perusahaan jasa perminyakan internasional, Schlumberger.
Ratu Tisha. (Foto: Instagram/ratu.tisha)
Pekerjaannya ini membuat Tisha berpindah-pindah negara. Mulai dari Kairo, Mesir, ke Houston, Amerika Serikat, ke London, Inggris, hingga ke Beijing, Tiongkok. Namun, ia mendapatkan ilmu dalam bidang eksplirasi data dan konflik perusahaan, serta membuatnya menguasai berbagai bahasa.
Namun, Tisha yang memiliki minat pada bidang manajemen sepak bola tidak meninggalkan bidang ini selama bekerja di perusahaan minyak. Ia turut menambah ilmu dan wawasan dengan mengikuti berbagai seminar sepak bola internasional di berbagai negara.
Pasalnya, sejak masih duduk di bangku SMA, Tisha telah berkontribusi sebagai pengurus klub sepak bola. Kala itu, ia menjadi manajer tim sepak bola SMA 8 Jakarta. Minat tersebut kembali ia salurkan ketika berkuliah di ITB, ia kembali menjadi manajer tim sepak bola.
Ratu Tisha (kanan). (Foto: Instagram/ratu.tisha)
Untuk itu, Tisha kembali menekuni minatnya tersebut dengan mendaftar pada program FIFA Master di tahun 2013. Program master ini ditawarkan oleh FIFA pada bidang manajemen, hukum, dan humaniora. Hebatnya, ia berhasil menjadi satu dari 28 orang yang lolos seleksi, dari 6.400 pendaftar di seluruh dunia.
Ia lulus setelah menjalani studi selama satu setengah tahun, dan mendapatkan gelar Master of Art (M.A.). Ia juga berhasil menduduki peringkat ke-7 dari 28 siswa yang mengikuti studi di periode tersebut.
Dengan bekal pengalamannya bekerja di perusahaan minyak internasional, serta pendidikan magister di program FIFA tersebut, perempuan kelahiran 30 Desember 1985 tersebut akhirnya dapat berkecimpung di dunia persepak bolaan Indonesia. [rk]