
ThePhrase.id – Di tengah derasnya arus hiburan cepat di media sosial, muncul sosok muda yang memilih jalur berbeda: bukan dengan lelucon atau sensasi, tapi dengan pemikiran dan keberanian berbicara. Ia adalah Rian Fahardhi, content creator dan aktivis asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang dikenal luas sebagai “Presiden Gen Z”.
Melalui platform media sosial TikTok hingga Instagram, Rian membahas berbagai isu seperti sosial, politik, hingga keresahan generasi Z dengan cara yang jujur, tajam, dan tetap relevan. Ia juga membawakannya dengan pendekatan ala anak muda, yakni dengan sentuhan sarkasme dan kejenakaan.
Latar belakang pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, memberi dasar kuat bagi gaya komunikasinya yang terarah namun tetap membumi.
Sejak masa kuliah, Rian telah menunjukkan ketertarikannya pada literasi dan diskusi sosial. Ia juga aktif dalam menulis opini terkait isu terkini dan menaruh perhatian pada bacaan dan kritik, yang mana menunjukkan minatnya terhadap isu sosial.
Tak hanya itu, ia juga menuangkan opini-opininya ke media sosial yang menjadi awal mulanya meniti karier sebagai seorang kreator. Lebih tepatnya sejak tahun 2022, Rian mulai aktif mengunggah konten kritik terhadap kebijakan publik dan tokoh terkemuka. Pola pikirnya bukan hadir begitu saja, tetapi juga berkat keterlibatan dalam berbagai organisasi sosial yang membuatnya kritis dalam berpikir.
Dalam konten-kontennya, Rian menggunakan pendekatan yang mengombinasikan visual personal dan narasi konflik sosial. Ia tampil di depan kamera, berbicara dengan logat Makassar khasnya, lalu mengaitkan hal‐hal sehari-hari dengan tema yang lebih besar seperti politik, budaya populer, dan hak generasi muda untuk berbicara. Karena itu, ia melabeli dirinya sebagai “penyambung lidah rakyat.”
Yang menarik dalam perjalanan Rian adalah bagaimana ia memanfaatkan kekuatan digital untuk mendirikan komunitas bernama Distrik Berisik yang bertujuan menjadi ruang dialog dan ekspresi bagi anak muda. Melalui komunitas tersebut, ia mengajak generasi muda untuk turut aktif berpikir dan bersuara.

Selain Distrik Berisik, Rian juga mendirikan media digital bernama narran yang dapat dijumpai di laman narran.id. Ia juga merupakan founder dari Sekolah Tanah Air serta menginisiasi kelas Zero to One yang membantu kreator muda untuk berkembang dan berdampak.
Baginya, media sosial adalah alat yang efektif untuk menyampaikan kritik sosial seperti keadilan sosial, kesadaran politik, hingga kritik kebijakan. Ia juga memanfaatkan media sosial dalam membangun berbagai inisiatif di atas dengan harapan membawa perubahan yang nyata.
Selain di media sosial, Rian yang menjadi inspirasi bagi banyak orang juga mulai diundang di berbagai acara sebagai pembicara. Tercatat, ia pernah menjadi pembicaran di forum seperti TEDx, Mata Najwa, IdeaFest, forum Media ASEAN-China, dan masih banyak lagi.

Walaupun sibuk membuat konten dan mengembangkan berbagai komunitas, Rian ternyata juga menapaki jejak di dunia profesional. Ia pernah bekerja sebagai content creator di Kompas TV, RCTI, MNC, menjadi content writer, hingga menjadi host untuk Eastern Standard Times (EST).
Di balik sosoknya yang penuh dengan gagasan, ide, dan opini, ternyata ada dua orang di hidupnya yang menjadi role model dan memotivasinya, yakni sang kakek dan sang ibu. Meski ia tumbuh di lingkungan yang sederhana, ia memiliki cita-cita yang besar berkat kedua orang yang dekat dengannya tersebut.
Suatu hari sang kakek pernah berkata padanya, bahwa dirinya bisa menjadi seperti B.J. Habibie hingga Najwa Shihab, karena ia juga merupakan orang Bugis. Maka dari itu, sang kakek berpesan untuk jangan berhenti bermimpi dan jangan berhenti untuk berani.
Berkat dorongan tersebut dan sebagai anak muda, Rian percaya bahwa suara generasinya memiliki kekuatan yang besar dalam membawa perubahan. Baginya, tempat asal atau keterbatasan yang dimiliki sejak lahir tak menjadi alasan untuk berani bersuara dan peduli demi membawa dampak besar. [rk]