ThePhrase.id – Mendapatkan beasiswa penuh untuk menempuh studi di luar negeri merupakan impian banyak anak bangsa. Begitu juga dengan Robinson Sinurat, seorang anak petani dari pedalaman Tanjung Beringin, Sumatera Utara.
Kedua orang tuanya hanyalah petani kopi dan sayuran di desa. Mereka memiliki 7 anak yang harus dibesarkan, sementara Robinson adalah anak ke-5. Meski hidup susah, orang tuanya mementingkan pendidikan apabila anak mereka ingin bersekolah.
Robinson memiliki mimpi besar untuk sekolah setinggi-tingginya. Maka dari itu, sejak SD hingga SMA ia sudah tinggal jauh dari orang tua yakni di Medan atas kemauannya sendiri untuk mendapat pendidikan yang baik.
Ketika waktu akan masuk kuliah mendekat, ia semakin giat belajar agar dapat diterima di perguruan tinggi negeri. Usaha dan niat yang baik memang tidak mengkhianati hasil, ia diterima di Universitas Sriwijaya, Palembang di jurusan Fisika. Meskipun jurusan tersebut bukan favoritnya, namun Ia mengambil kesempatan tesebut untuk mengembangkan dirinya di perguruan tinggi.
Meski sudah diterima, ia hampir tidak dapat berkuliah karena tak memiliki biaya untuk mendaftar ulang. Beruntung, ada teman yang memberikan pinjaman sebesar Rp 3 juta untuk membayar daftar ulang seharga Rp 2,7 juta. Sisa uang yang ia punya menjadi bekalnya di Palembang.
Lontang-lantung, ia mencari tempat tinggal tetapi tidak memiliki uang. Untungnya, ia bertemu orang baik yang menawarkan tempat tinggal gratis yakni di kamar penjaga kos bersama penjaga kos tersebut.
Selama satu semester ia makan hanya satu hari sekali pada sore hari untuk menghemat uang. Di semester dua, berkat nilainya yang bagus, ia berhasil mendapatkan beasiswa yang membayarkan biaya kuliahnya hingga lulus.
“Ketika S1, saya makan hanya sekali sehati. (Biskuit) menjadi penyambung hidup. Aku masukkin ke toples, gak habis dimakan sekali aja. Bisa berminggu-minggu karena makannya hanya 3-4. Satu hari cuma satu kali makan di sore hari yang nasinya segunung biar bisa bertahan,” ungkap pria yang akrab dipanggil Obin ini.
Selama berkuliah, Obin merupakan mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Ia pernah mengikuti konferensi nasional di Bandung, di mana ia bertemu pemuda-pemuda terbaik di Indonesia. Dari konferensi tersebut, ia merasa terpanggil untuk berkontribusi dalm melakukan kegiatan sosial yang fokus membangun pemuda.
Setelah lulus dari S1, ia merantau ke ibu kota untuk bekerja, sembari mengejar keinginannya untuk berkuliah S2. Selama itu, ia juga aktif mengikuti konferensi. Di tahun 2015 ia mendapatkan beasiswa untuk berkuliah singkat selama 5 minggu di Amerika Serikat (AS).
Beasiswa tersebut berasal dari Departemen Luar Negeri AS yang kala itu diinisiasi Presiden Barrack Obama. Selama 5 minggu, Obin berkuliah di University of Nebraska, Omaha, AS, pada jurusan Civic Engagement.
Saat kembali ke Indonesia, keinginannya untuk lanjut S2 semakin membara. Ia mencari-cari beasiswa yang sekiranya dapat membiayainya dengan penuh. Pada acara TV Sabtu Me Time di Trans7 ia mengungkapkan bahwa cara ia mencari beasiswa adalah dengan mencari di internet, bertanya teman, bertanya pada orang-orang lulusan luar negeri, dan bertanya pada orang-orang yang masih berkuliah di luar negeri.
Pada intinya, ia tak malu untuk bertanya mengenai beasiswa karena ia memiliki tekad yang besar. Akhirnya, Obin menemukan beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) yang merupakan beasiswa dari Pemerintah Indonesia.
Proses pendaftaran tidaklah mudah. Obin juga menjumpai berbagai kesulitan, salah satunya adalah bahasa Inggris. Berasal dari desa, kemampuan berbahasa Inggris Obin tidaklah lancar. Namun, jika ingin berkuliah di luar negeri, apalagi di AS harus menggunakan bahasa Inggris. Maka dari itu, ia belajar hingga dapat berbahasa Inggris secara fasih.
“Aku pada waktu itu membuat jadwal at least an hour per day aku harus belajar TOEFL, IETLS setiap pulang kerja. Dan memang benar-benar konsistensi itu sangat penting. Setiap hari aku usahakan satu jam untuk belajar, dan kemudian di weekend yang biasanya hangout with friends, aku usahakan untuk bisa fokus belajar mempersiapkan kemampuan bahasa Inggris aku supaya mencapai target,” ujar Obin.
Dalam mencari dan berburu beasiswa, Obin memiliki strategi sendiri. Ia mengatakan, memang semuanya kembali kepada individu masing-masing karena kitalah yang mengerti diri kita sendiri. Tetapi, ia memiliki timeline yang menjadi targetnya untuk diikuti.
“Aku pribadi sudah membuat timeline selama satu tahun untuk persiapan dan mendaftar beasiswa. Sehingga jelas ada timelinenya, kapan harus submit ini, kapan harus mengerjakan ini, kapan harus menyelesaikan ini, jadi jelas selama setahun,” beber Obin.
Obin juga memiliki beberapa alasan mengapa ingin berkuliah di luar negeri. Menurutnya, hal tersebut akan menambah jaringan secara internasional, karena teman-teman satu kelasnya akan berasal dari berbagai negara, begitu juga dengan profesornya.
Ia juga dapat belajar perspektif baru yang membuatnya lebih open minded. Selain itu, ia dapat mengembangkan kemampuan bahasa asing serta karena jauh dari rumah, apalagi di negara orang menjadikannya lebih mandiri.
Robinson Sinurat saat wisuda kelulusan bersama kedua orang tuanya di New York, AS. (Foto: Instagram/robinsonsinurat)
Berhasil mendapatkan beasiswa LPDP, Obin berangkat ke New York untuk berkuliah di salah satu universitas ternama di dunia yang juga termasuk dalam universitas Ivy League, yakni Columbia University. Ia berkuliah pada jurusan Social Work atau kerja sama sosial.
LPDP sendiri merupakan beasiswa yang mewajibkan penerimanya untuk kembali ke Indonesia setelah lulus untuk bekerja, berkontribusi, dan mengimplementasikan ilmu yang didapat untuk kemajuan bangsa.
Obin telah kembali ke Indonesia dan mendirikan Yayasan Mimpi Besar Indonesia. Yayasan ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah pendidikan dengan memberikan beasiswa dan pelatihan keterampilan pada mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu di Indonesia.
Ia membuat wadah tersebut sebagai hasil dari pengalaman hidupnya. Nama ‘Mimpi Besar’ itu sendiri juga terinspirasi dari mimpi besar Obin sejak kecil untuk terus menimba ilmu. “Mimpi Besar adalah memang menceritakan kisah saya. Saya bisa berada di titik sekarang karena saya memiliki mimpi yang besar,” tutur Obin. [rk]