ThePhrase.id - Pengamat politik, Rocky Gerung menilai aksi demonstrasi bertajuk “Indonesia Gelap” yang dilakukan aliansi mahasiswa digelar demi memastikan bahwa pemerintahan yang dipimpin Presiden RI, Prabowo Subianto tetap pada jalur yang benar.
Menurutnya, aksi tersebut menjadi wujud ekspresi yang berasal dari dasar hati para mahasiswa untuk menagih janji Prabowo usai 100 hari kerja sebagai Presiden.
“Kepentingan mereka hanya satu, yaitu memastikan bahwa arah pemerintah ini ada di trek yang benar, bahwa arah kepemimpinan Pak Prabowo itu betul-betul otentik, bahwa keinginan Prabowo untuk memberantas korupsi, menghidupkan harapan lagi pada keadilan itu betul-betul hendak dijalankan,” ucap Rocky melalui channel YouTube Rocky Gerung Official yang tayang pada Selasa (18/2).
“Semua itu yang mereka ucapkan sebetulnya. Mereka hanya menagih kampanye dari Pak Prabowo yang terus-menerus, bahkan janji soal makan bergizi gratis, pendidikan gratis, memberantas korupsi terutama,” lanjutnya.
Rocky mengatakan bahwa mahasiswa perlu menagih janji-janji secepatnya. Untuk itu, unjuk rasa demonstrasi merupakan ekspresi yang paling masuk akal untuk ditunjukkan.
Ia juga menyatakan susunan tuntutan yang disuarakan mahasiswa diatur sedemikian rupa sehingga terlihat sebagai hasil kajian akademis, seperti kajian UU Omnibus Law, UU Pemilu, kedudukan polisi dan militer, hingga kajian soal Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Jadi, tuntutan itu adalah tuntutan yang dihasilkan oleh kajian, bukan oleh keirian atau semacam dendam, tidak. Jadi, itu bedanya, gerakan mahasiswa datang dari kajian. Dasar dari argumentasi mereka itu pasti berbasis pada metodologi,” paparnya.
Rocky menyatakan dirinya percaya bahwa para mahasiswa yang turun ke jalan dengan suara kritis itu merupakan bonus demografi yang akan menentukan isi generasi dalam lima tahun, sepuluh tahun, hingga menuju Indonesia Emas 2045
“Dengan kata lain, kita mesti rumuskan kembali bahwa bonus demografi artinya mereka yang berpikir kritis hari ini, bukan mereka yang sekadar cari-cari jabatan atau upaya untuk nempel pada kekuasaan,” tukas Rocky.
“Disebut bonus demografi karena mereka membonuskan pikiran mereka, untuk investasikan di dalam peradaban demokrasi lima tahun ke depan, lima belas tahun ke depan, sampai 2045,” tandasnya. (Rangga)