lifestyleFood

Sejarah dan Asal-usul Kue Kering Menjadi Santapan Wajib Saat Lebaran

Penulis Rahma K
Apr 10, 2024
Kue kering Lebaran. (Foto: dok. ThePhrase.id)
Kue kering Lebaran. (Foto: dok. ThePhrase.id)

ThePhrase.id – Salah satu hidangan yang selalu ada selama bulan Ramadan hingga perayaan Hari Raya Idulfitri alias Lebaran adalah kue kering. Baik nastar, kastengel, putri salju, kue sagu, hingga lidah kucing, tersedia untuk disantap.

Karena tak pernah absen hadir di rumah penduduk masyarakat Indonesia, tak sedikit orang yang kemudian bertanya-tanya, bagaimana asal-usul dan sejarah kue kering menjadi sajian wajib sepanjang Ramadan dan Lebaran di Indonesia?

Ternyata, sama dengan berbagai aspek kehidupan di Indonesia lainnya, kue kering juga tak terlepas dari pengaruh Belanda pada masa kolonialnya di Indonesia. Kue kering sendiri telah lama menjadi hidangan Negeri Kincir Angin.

Karena bersinggungan langsung dengan para penjajah yang tinggal di Tanah Air, masyarakat Indonesia mulai terpengaruh budaya Belanda dan Eropa dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah kuliner.

Usut punya usut, kue kering aslinya merupakan makanan tradisi perayaan Natal orang-orang Belanda. Tetapi pada perayaan Lebaran yang juga merupakan hari besar keagamaan, para orang Belanda juga memberikan hantaran kue kering kepada pribumi, khususnya kalangan priyayi.

Setelah mencoba kue kering yang rasanya enak dan memiliki ketahanan yang lama, masyarakat Indonesia mengalami perubahan selera. Terutama masyarakat menengah ke atas mulai meninggalkan sajian kue tradisional dan mengadopsi kue kering sebagai hidangan jamuan.

Pasalnya, kue-kue tradisional Indonesia yang terbuat dari sagu, tepung beras, tepung ketan, dan sebagainya dikatakan tidak awet, berbeda dengan kue kering atau kukis yang tahan disimpan berhari-hari, hingga berminggu-minggu.

Terlebih lagi, menyajikan kue kering pada kala itu menandakan derajat sosial seseorang. Maka dari itu, kue kering berbagai macam ini disajikan pada hari Lebaran di mana masyarakat saling bersilaturahmi mengunjungi rumah satu sama lain.

Kukis-kukis ini memang berasal dari Belanda, tetapi ketika diadopsi oleh masyarakat Indonesia, berbagai jenis kue kering tersebut telah mengalami modifikasi dan penyesuaian seperti dari hal bahan dasar, bentuk, hingga nama.

Sebagai contoh adalah nama nastar berasal dari bahasa Belanda 'ananas' yang berarti nanas dan 'taarjes' yang berarti tart atau kue. Selain itu, nama kastengel juga berasal dari bahasa Belanda 'Kaasstengels' yang telah mengalami penyesuaian nama menjadi kastengel dan bentuk menjadi lebih pendek. [rk]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic