lifestyle

Sejarah dan Kisah Kota Al Ula di Arab Saudi yang Kini Jadi Destinasi Wisata Dunia

Penulis Rahma K
Jan 28, 2023
Sejarah dan Kisah Kota Al Ula di Arab Saudi yang Kini Jadi Destinasi Wisata Dunia
ThePhrase.id – Belum lama ini, terdapat destinasi wisata baru di Arab Saudi yang mencuri perhatian masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Al Ula namanya, sebuah kota di barat laut Arab Saudi yang terus berkembang.

Destinasi wisata ini letaknya di kawasan gurun. Tetapi, di gurun tersebut, terdapat berbagai hal yang menjadi daya tarik. Seperti reruntuhan kuno yang memiliki bentuk dan pahatan unik, hingga bangunan arsitektur yang baru dibangun.

Pasalnya, Al Ula merupakan salah satu kota yang bersejarah di Arab Saudi. Lokasinya hanya 400 km dari kota Madinah ke arah utara. Bahkan, kota ini juga masih termasuk dalam provinsi Madinah.


Memiliki sejarah kelam dan dianggap kota terkutuk


Sejarah yang ada pada kota ini ternyata cukup kelam dan menjadikannya sebagai tempat yang dikatakan terkutuk dan harus dihindari.

Dilansir dari Kompas.com, pada abad ke-7 hingga ke-6 SM, wilayah kota ini dihuni oleh kaum Tsamud dari kerajaan Dedanite. Kaum ini menghuni wilayah Al Hijr yang dikenal sebagai wilayah yang subur dengan pohon, tanaman, dan mata air.

Dikisahkan bahwa kaum Tsamud adalah kaum yang berada pada kesesatan. Padahal, mendapatkan kekayaan alam melimpah serta memiliki kemampuan mengukir rumah dan pegunungan yang unik. Hal ini turut dijelaskan di dalam Al-Qur’an.

Untuk itu, Allah SWT menurunkan Nabi Saleh AS untuk menyadarkan kaum ini. Namun, karena kecongkakan dan ketidakpatuhan kaum ini, Allah SWT memberikan azab berupa gempa yang sangat besar beserta suara keras layaknya guntur. Dikisahkan bahwa seluruh kaum ini kemudian binasa.

Al Ula. (Foto: Instagram/vidialdiano)


Setelah itu, antara abad ke-5 hingga ke-2 SM, wilayah Al Ula dan sekitarnya dihuni oleh Kerajaan Lihyan oleh Dinasti Nabatean secara turun menurun. Dinasti ini berkuasa hingga tahun 106 dan merambah hingga ke Petra, Yordania.

Kaum ini juga dikenal pandai memahat bebatuan dan pegunungan. Maka dari itu, beberapa bebatuan di Al Ula memiliki pahatan yang apik, sama dengan yang berada di Petra. Bahkan, kota ini sering dikatakan sebagai kota kembar Petra.

Kaum ini kemudian menjadikan Mada'in Saleh atau Al Hijr yang berada di utara Al Ula sebagai ibu kota baru. Mereka memahat berbagai pegunungan sehingga meninggalkan peninggalan yang masih dapat dilihat hingga saat ini.

Sayangnya, kaum ini menolak untuk meninggalkan kepercayaan mereka menyembah dewa dewi. Sehingga, wilayah ini dikatakan sebagai markas jin yang harus dijauhi. Daerah kekuasaan kaum ini juga diambil alih oleh Romawi di tahun 106 Masehi.

Hegra. (Foto: experiencealula.com)

Kisah dihindari Nabi Muhammad SAW


Terdapat sebuah kisah juga yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW menghindari kota Al Ula ini. Jika Rasul melewati kota ini, beliau tidak menoleh ke kanan dan kiri serta mempercepat langkahnya untuk bergegas meninggalkan daerah tersebut.

Rasulullah juga enggan minum dari mata air di daerah tersebut, serta tak mau singgah. Rasulullah hanya menyarankan para sahabatnya untuk minum dari satu sumur yang juga digunakan oleh unta Hazrat Saleh AS dan melarang mereka makan dan minum dari selain itu.

Wilayah ini dianggap sebagai tanah yang menjadi tempat orang-orang dihancurkan serta dibinasakan oleh azab Allah SWT. Selain itu, kaum Nabatean yang enggan meninggalkan kepercayaan mereka di tempat tersebut juga menjadikannya disebut sebagai markas jin yang harus dihindari.

Elephant Rock Al Ula. (Foto: experiencealula.com)

Jadi destinasi wisata


Di luar seluruh sejarah dan kisah tersebut, kini Al Ula dihuni oleh sebagian penduduk Arab. Kebanyakan penduduknya adalah petani kurma, jeruk, anggur dan delima.

Pada tahun 2008, UNESCO memasukkan Mada'in Saleh yang merupakan situs arkeologi yang terletak di dekat Al Ula atau lebih tepatnya di Hegra sebagai salah satu situs warisan dunia. Situs ini menjadi situs pertama dari Arab Saudi yang pernah masuk di daftar UNESCO.

Pemerintah Arab Saudi yang kini ingin mendiversifikasi ekonomi dari ketergantungan minyak melihat potensi pariwisata dari daerah ini. Kota ini dikembangkan untuk menjadi destinasi wisata mancanegara.

Salah satu penginapan di Al Ula. (Foto: Instagram/vidialdiano)


Hal ini juga menjadi upaya Arab Saudi untuk membuka diri di hadapan dunia. Pasalnya, sebelumnya, sulit untuk orang non-Muslim untuk mendapatkan visa turis ke Arab Saudi. Namun, Arab Saudi membuka diri dengan mengembangkan wisata di kota ini.

Apa yang bisa dilakukan di Al Ula?


Mulai dari kegiatan outdoor yang menantang, menikmati keindahan alam gurun dan bebatuan, tur ke berbagai peninggalan sejarah, hingga bersantai di hotel berbintang, semua dapat dilakukan di kota ini.

Kegiatan outdoor yang dapat dilakukan antara lain mendaki pegunungan bebatuan yang berliku, melakukan flying fox atau zipline, panjat tebing, bersepeda, trekking, mengendarai mobil buggy di gurun, dan masih banyak lagi.

Maraya Al Ula. (Foto: Instagram/vidialdiano)


Sementara itu, untuk peninggalan sejarah yang dapat dikunjungi adalah seperti kota lama Al Ula, museum Al Ula, bebatuan gajah atau Elephant Tock (Jabal AlFil), reruntuhan kuno yang terpahat bernama Hegra dan Al Diwan, dan lain-lain.

Hotel-hotel yang tersedia juga tak main-main. Hotel bintang lima dengan kamar, kolam renang, hingga keseluruhan yang estetik, luas, megah menjadi daya tarik tersendiri.

Terdapat juga bangunan arsitektur menarik bernama Maraya. Seluruh bagian luarnya dibuat dari kaca yang memantulkan pemandangan bebatuan dan gurun yang indah. Bangunan ini merupakan aula konser yang meraih rekor Guinness sebagai bangunan cermin terbesar di dunia. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic