Thephrase.id - Semester 1 2021, Pertamina NRE (PNRE) selaku Subholding Pertamina mencatatkan laba bersih USD 57 juta. Angka ini tercatat 152 persen dari target RKAP.
PNRE juga mencatatkan pendapatan perusahaan sebesar USD 181 juta (101 persen) dan EBITDA USD 152 juta (117 persen).
Dannif Danusaputro, Chief Executive Officer PNRE mengatakan kinerja keuangan yang positif tersebut didorong oleh kinerja operasi yang baik.
PNRE akan terus mengembangkan energi terbarukan sejalan dengan transisi energi. (Foto. Istimewa)
"Kami selalu berupaya mengedepankan operational excellence untuk mencapai target yang ditentukan. Karena kami juga bercita-cita untuk mendukung pemerintah mewujudukan transisi energi di Indonesia," ujar Dannif Danusaputro, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/7).
Pada kinerja operasi sejumlah capaian positif juga berhasil dicatatkan oleh PNRE, di mana produksi listrik mencapai 2.273 GWh.
Bergulirnya restrukturisasi di tubuh Pertamina mengantarkan PNRE sebagai subholding yang memegang amanah untuk mengawal transisi energi, di mana di bawahnya termasuk Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan Jawa Satu Power (JSP) serta Jawa Satu Regas (JSR).
Dengan restrukturisasi, Pertamina semakin menggenjot laju transisi energi. Pada tahun 2030 Pertamina menargetkan energi baru dan terbarukan (EBT) mencapai 17 persen dalam portfolio bisnisnya.
Di level PNRE, transisi energi pada tahun 2026 menargetkan kapasitas terpasang mencapai 10 GW, yang terdiri dari 6 GW gas to power, 3 GW energi terbarukan, dan 1 GW energi baru.
Untuk energi panas bumi sendiri saat ini kapasitas terpasang mencapai 672 MW dan ditargetkan pada tahun 2026 mencapai 1,1 GW. Sedangkan yang termasuk di dalam pengembangan energi baru antara lain hidrogen, EV battery, dan carbon capture utilization and storage (CCUS).
Untuk mencapai target tersebut, PNRE akan melakukan kolaborasi dengan mitra-mitra strategis, khususnya pengembangan energi baru seperti hidrogen dan CCUS yang teknologinya juga relatif masih baru.
"Saat ini kami tengah mengembangkan blue hydrogen dan green hydrogen. Kami yakin hydrogen adalah energi masa depan dan kami berharap akan mencapai harga yang kompetitif seiring dengan berkembangnya teknologi,” imbuh Dannif.
Dannif melanjutkan bahwa transisi energi yang dilakukan secara agresif oleh Pertamina ditargetkan untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Pertamina sebesar 30 persen dan mendukung emisi GRK nasional sebesar 29 persen pada tahun 2030.
Pertamina menunjukkan komitmen kuat menjalankan bisnis yang berkelanjutan (sustainable business) dengan mengintegrasikan aspek ESG (environment, social, and governance) ke dalam bisnisnya. (Rahma)