leader

Simon Tabuni, Tokoh Perubahan Papua Jebolan University of London

Penulis Rahma K
Dec 22, 2021
Simon Tabuni, Tokoh Perubahan Papua Jebolan University of London
ThePhrase.id – Local heroes adalah mereka yang membawa perubahan dan memberdayakan masyarakat daerah-daerah di Indonesia. Simon Tabuni adalah salah satu tokoh perubahan Papua yang membawa kebangkitan ekonomi pada kampung halamannya di Manokwari, Papua Barat.

Simon Tabuni. (Foto: instagram/kickandyshow)

Pengabdian Simon pada Papua


Selepas studi, Simon mengabdikan diri untuk masyarakat Papua dengan membentuk sebuah komunitas pemuda yang diberi nama Papua Muda Inspiratif. Komunitas ini kemudian menginisasi berbagai program yang memberdayakan masyarakat.

Salah satu programnya adalah Angkat Mama Papua. Program sekaligus gerakan ini merupakan gerakan kewirausahaan untuk mengangkat ekonomi mama-mama Papua yang bertempat tinggal di daerah terpencil di pedalaman, khususnya di Pegunungan Arfak.

Sebagai bentuk implementasinya, Simon bersama komunitas yang ia dirikan membangun Anggi Mart. Sebuah toko yang pada awalnya hanya menjual hasil pertanian, kini telah menjual hasil tangkapan dan olahan ikan para nelayan, hingga produk-produk UMKM masyarakat. Hasil panen tersebut berasal dari kebun mama-mama Papua.

Kebun yang berada pada sebuah dataran tinggi di Manokwari tersebut bernama Anggi. Masyarakat Manokwari sudah familiar dengan dataran tinggi tersebut, karena memproduksi sayuran yang segar dan berkualitas. Maka dari itu Simon memberi nama toko tersebut dengan nama 'Anggi Mart'.

Anggi Mart. (Foto: instagram/anggi_mart)


Anggi Mart memasarkan produk pertanian warga secara offline dan online. Masyarakat Manokwari yang telah memanfaatkan internet menjadi pasar bagi Simon, ditambah lagi situasi pandemi yang masih berlangsung.

"Di sana (Manokwari) untuk jaringan internet sudah banyak orang yang menggunakan, mayoritas untuk berkomunikasi via media sosial. Tapi, sedikit orang yang menggunakan internet untuk bagaimana melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat. Itu yang saya dan beberapa teman, kita berkomitmen untuk memanfaatkan internet dalam hal bagaimana bisa memasarkan produk-produk pertanian dari para petani yang berasal dari daerah terpencil dan terisolasi," ungkap Simon pada wawancaranya di acara Kick Andy.

Tak hanya memberdayakan mama-mama Papua, Simon juga membantu pemuda Papua untuk berkembang dengan membentuk Fasilitasi kreativitas dan Inovatif Anak Papua (Fastra). Fastra merupakan sebuah gerakan yang berupaya mendeteksi dan memfasilitasi talenta-talenta muda Papua.

Ia juga telah dan terus membina petani muda. Sebanyak 2.500 petani milenial telah ia bina dan bimbing untuk memberikan kontribusi pada kampong halamannya.

Simon Tabuni (kanan) dan warga Manokwari. (Foto: instagram/lpdp_ri)


"Melalui wadah Papua Muda Inspiratif, kami mendorong beberapa sektor ekonomi untuk dikembangkan dan digerakkan oleh anak-anak muda. Jadi ada pariwisata, ekonomi kreatif, UMKM, pertanian, perikanan, dan beberapa sektor termasuk digital kreatif yang kami dorong juga," imbuh Simon.

Pemuda yang kini berusia 31 tahun ini juga membentuk program Remang (Revitalisasi Taman dan Fungsinya) yang merupakan sebuah gerakan merevitalisasi kembali taman kota serta fungsinya. Sehingga, taman yang sebelumnya hanya berfungsi sebagai tempat rekreasi akan diintegrasikan dengam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi kecil yang digerakkan oleh masyarakat sekitar.

Terbaru, Simon tengah mengembangkan wisata ekologi yang berbasis sagu. Tempat ekowisata ini adalah di daerah terpencil, tengah-tengah dusun sagu di Kais, Sorong Selatan, Papua Barat. Dengan tujuan membuka keterisolasian daerah pantai Sorong Selatan ini, Simon membangun homestay dengan harapan dapat membawa kesejahteraan pada masyarakat.

Pendidikan Simon


Simon Tabuni ketika lulus dari SOAS University of London, Inggris. (Foto: instagram/lpdp_ri)


Simon yang banyak membantu masyarakat Indonesia ini sedang menempuh pendidikan S3 di Australian National University. Sebelumnya, ia merupakan penerima beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) jebolan S2 di School of Oriental and African Study (SOAS), University of London, Inggris dan merupakan sarjana sastra dari Universitas Negeri Papua.

Masa kecil Simon dilalui dengan penuh kesederhanaan. Ia dan ketiga saudara kandungnya harus membantu kedua orang tuanya untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.

Ayahnya merupakan TNI AD pangkat serda. Di luar pekerjaan utamanya, sang ayah dan ibu juga berkebun yang hasilnya dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Simon dan ketiga saudaranya memiliki tugas untuk menjual hasil panen tersebut.

Setiap pagi sebelum berangkat sekolah ia harus menjual sayur-sayuran tersebut dengan meletakkannya di baskom yang dibawa di atas kepala sembari keliling kampung dan berteriak ‘sayur sayur’. Sore hari sepulang sekolah, ia kembali berjualan sayur hasil kebunnya tersebut.

Simon Tabuni (kiri). (Foto: instagram/ simon.gerrard2)


Lulus pendidikan master di luar negeri tidak membuatnya lupa akan masa lalu dan kampung halamannya. Maka dari itu, ia pulang untuk mengabdi dan membawa perubahan pada Papua melalui perkembangan zaman seperti jaringan internet.

Ia senang dapat kembali dan membantu masyarakat menjual hasil panen kebunnya. Hal tersebut mengingatkannya pada masa di mana ia harus berkeliling kampung membawa baskom berisi sayur.

“Itu salah satu hal yang membuat saya ketika selesai (studi) kemudian kembali. Melihat masyarakat yang berprofesi sebagai petani, kemudian bagaimana saya bisa membantu untuk menjual hasil pertanian mereka, sama seperti waktu kecil saya menjual, tapi kali ini tidak sambil berjalan dan berteriak ‘sayur sayur’, tapi memanfaatkan teknologi,” ujar Simon. [rk]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic