ThePhrase.id – Di awal tahun 2025 ini, salah satu dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Sri Fatmawati kembali meraih penghargaan internasional.
Kali ini, dosen di Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) ini meraih penghargaan sebagai salah satu pemenang Grassroots Science Advice Promotion Awards 2024 yang diselenggarakan oleh INGSA-Asia.
Penghargaan ini merupakan apresiasi terhadap individu atau tim dengan rekam jejak kompeten dan gemilang dalam mempromosikan peran sains. Wanita yang akrab disapa Fatma ini mengusung proyek bertajuk 'Memberdayakan Perempuan Indonesia dalam Ilmu Pengetahuan untuk Mempengaruhi Kebijakan'.
Proyek ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran perempuan terhadap peran mereka dalam hal kebijakan ilmu pengetahuan, sekaligus mendorong keberlanjutan program-program berbasis sains di tingkat akar rumput atau grass root.
Fatma menekankan pentingnya meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan kebijakan berbasis sains. Ia juga merupakan seorang dosen yang aktif berbicara di forum nasional serta internasional tentang pemberdayaan perempuan dan kebijakan sains.
Selain penghargaan ini, Fatma telah diganjar penghargaan dan titel bergengsi lainnya seperti penghargaan bergengsi bernama Dr Willmar Schwabe Award 2024 pada bulan Juli 2024 lalu. Ia menjadi perempuan Indonesia pertama yang meraih penghargaan ini.
Dr Willmar Schwabe Award sendiri merupakan penghargaan dua tahunan yang diberikan oleh Society for Medicinal Plant and Natural Product Research (GA). Penghargaan ini diperuntukkan bagi ilmuwan muda yang berdedikasi pada penelitian farmakologis atau klinis di bidang tanaman obat dan bahan alam.
Untuk dapat memenangkan penghargaan bergengsi ini, Fatma terlebih dahulu melewati proses seleksi yang tak mudah. Namun, ia merasa senang berkesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitiannya di hadapan 1.200 peserta kongres dari seluruh dunia karena berhasil keluar sebagai pemenang tunggal.
"Saya mempelajari berbagai hal terkait peningkatan kualitas bahan, bioaktivitas teknologi pembuatan jamu, pemberdayaan sumber daya petani hingga kolaborasi industri," ujarnya, dikutip dari laman resmi ITS.
Di tahun yang sama, Fatma juga meraih capaian luar biasa dengan terpilih sebagai 100 ilmuwan terbaik Asia menurut Asian Scientist Magazine 2024 lewat riset kimia bahan alam dan medisinal yang dilakukannya.
Sejak 2016, Asian Scientist Magazine menerbitkan daftar tahunan yang memuat 100 peneliti, ilmuwan, dan inovator terbaik di Asia dengan tajuk The Asian Scientist 100. Para insan yang termasuk di dalamnya adalah peneliti dengan kontribusi signifikan di bidang sains, teknologi, dan keilmiahan.
Fatma mengungkapkan bahwa risetnya yang konsisten dengan segudang kontribusi nyata di masyarakat merupakan tiket utama dari pencapaian tersebut. "Sejak awal memang perjalanan riset saya di bidang kimia bahan alam tidak pernah terputus," tuturnya.
Tak terbatas pada produk, Fatma menjelaskan bahwa risetnya turut berdampak pada pelestarian biodiversitas atau keanekaragaman hayati di Indonesia. Dengan melibatkan masyarakat di pedalaman, ia yakin bahwa penelitiannya mampu menciptakan keberlanjutan dari alam sekitar sekaligus memberdayakan masyarakat secara luas.
Rekam jejak Fatma di bidang riset telah membawanya pada lebih dari 30 penghargaan dalam skala nasional maupun internasional.
Beberapa pencapaian seperti memenangkan International L’Oréal-UNESCO for Women in Science (FWIS) dan Elsevier Foundation Awards for Early-Career Women Scientists in the Developing World juga menjadi faktor kehadiran namanya pada deretan peneliti terbaik di dunia. [rk]