leader

Subaidi, Pemilik Belasan Minimarket Asal Madura yang Gagal Bisnis 47 Kali

Penulis Rahma K
Jul 07, 2021
Subaidi, Pemilik Belasan Minimarket Asal Madura yang Gagal Bisnis 47 Kali
Thephrase.id – Subaidi adalah seorang pengusaha asal Pamekasan, Madura. Ia merupakan Owner dan Direktur Utama dari PT SSI, pemilik belasan minimarket, mempunyai bisnis property, dan sekolah bisnis yakni Digital Business Academy. Di usianya yang masih muda, 38 tahun, ia telah memiliki bisnis-bisnis tersebut yang memberikannya keuntungan besar.

Namun, perjalanannya menuju sukses tidaklah mudah. Melalui kanal youtube Helmy Yahya, ‘Helmy Yahya Bicara’, Subaidi membagikan pengalaman hidupnya. Ia mengatakan telah merasakan kegagalan bisnis sebanyak 47 kali, sebelum akhirnya dapat sukses seperti sekarang ini.

Subaidi hanyalah lulusan SD, setelah lulus ia merantau ke Negeri Jiran. Umurnya saat itu baru 14 tahun, tapi ia harus menjadi TKI kuli bangunan di Malaysia untuk menyambung hidupnya. Kala itu, Subaidi yang berbadan kecil dan di bawah umur hanya diberi upah setengah dari upah orang dewasa.

Subaidi (tengah) pernah menajdi kontraktor. (Foto: youtube/Helmy Yahya Bicara)


Ingin bangkit, di umur 15 tahun ia belajar kontraktor dari sang ayah, yang juga bekerja sebagai TKI di Malaysia. Pada usia 17 tahun ia kemudian merintis bisnis kontraktor dengan nama ‘Aidi Renovation Work’ dan memasang banner di segala penjuru Selangor, Malaysia, menawarkan promo hanya membayar 80% di awal.

Selain mencoba bisnis sebagai kontraktor, Subaidi mencoba segala pekerjaan seperti menjadi tekong untuk membawa TKI Indonesia, lebih tepatnya Madura ke Malaysia hingga pernah ditangkap polisi Malaysia dan juga terlantar di hutan, hingga ikut berbagai MLM di Malaysia.

Setelah mencoba berbagai usaha di Malaysia, Subaidi memutuskan untuk kembali ke Tanah Air dan kampung halamannya yaitu Pamekasan. Di sini, ia juga tidak lelah mencoba berbagai usaha. Dimulai dari berjualan cemilan, berjualan ayam, membuka usaha rental mobil, hingga mencoba menjadi ahli gigi.

Subaidi, pengusaha mantan TKI asal Madura. (Foto: youtube/Helmy Yahya Bicara)


Nahas, usahanya membawanya pada kegagalan. Usaha cemilan yang diinisiasinya gagal bersaing dengan toko lain, jual ayam yang digarapnya tidak laku, rental mobil yang dicoba malah membuahkannya pada kehilangan 1 dari 3 unit mobil yang ia rentalkan.

Gagal berbisnis di Indonesia, Subaidi kembali ke Malaysia untuk mencoba menggapai keberuntungannya. Di tahun 2017, ia dikenalkan pada crypto currency oleh salah satu kenalannya. Ia tertarik, namun lagi-lagi gagal. Hingga, Subaidi mengikuti suatu bisnis yang juga merupakan crypto, yang pada saat itu membutuhkan seorang pembicara. Dari kerja tersebut, ia mendapat reward satu unit BMW dan bonus sebesar 1,5 miliar dalam 8 bulan. Setelah itu, lagi-lagi bisnis tersebut mati.

Belajar dari crypto currency tersebut, ia membangun usahanya sendiri di Indonesia menggunakan sistem crypto currency. Dari situ, Subaidi mendirikan CC Mart, mini market pertama di Bangkalan, Madura. Hanya bermodalkan Rp 10 juta untuk keperluan legal, ia berhasil mendapatkan investor dengan bekal konsep yang ia bangun.

CC Mart, mini market milik Subaidi. (Foto: youtube/Helmy Yahya Bicara)


Sejak itu, bisnisnya kian berkembang, ia mulai menyebarluaskan usahanya lewat media sosial. Dengan modal Rp 10 juta, kekayaan PT-nya kini telah mencapai Rp 90 miliar. Subaidi juga telah memiliki 7 cabang CC Mart, dan 5 cabang akan dibuka dalam waktu dekat. Ke-12 mini market tersebut tersebar di Madura, Malang, Pasuruan, Batu, dan daerah-daerah lain. Targetnya dapat membuka 50 mini market pada tahun ini. Tidak berhenti di situ, ia juga menarget memiliki 500 CC Mart untuk mensukseskan orang-orang yang bekerja dengannya.

Saat ditanya apa yang membuatnya sukses, Subaidi menjawab bahwa ia dendam pada kemiskinan. Ia tidak ingin anak-anak dan karyawannya merasakan apa yang ia alami sejak kecil. “Saya tidak ingin kamu melewati masa susahnya saya, cukup saya,” kata Subaidi.

Selain itu, Subaidi juga selalu membawa ‘buku impian’ yang ia tulis kemana-mana. ‘Buku impian’ tersebut merupakan semacam jurnal yang berisikan target-target, keinginan, dan hal yang ingin dicapai. Ia menuliskannya dengan detail beserta dengan visualnya. Satu per satu, impian yang ia tulis pada buku itu dapat ia wujudkan.

Subaidi dan ‘buku impian’ yang selalu dibawanya kemana-mana. (Foto: youtube/Helmy Yahya Bicara)


Kini, ia dapat memenuhi keinginan anak-anaknya seperti memiliki rumah dua lantai. Keinginan membeli Honda Mobilio, yang ia capai bahkan bukan Mobilio, tetapi membeli Toyota Alphard. Anak-anaknya pun mengidolakannya dan ingin sukses sepertinya. “Saya mau seperti ayah, ayah itu hebat,” ujar anak bungsunya. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic