leader

Susi Pudjiastuti, Tak Lulus SMA Jadi Pengusaha Super Nyentrik

Penulis Rahma K
Dec 31, 2021
Susi Pudjiastuti, Tak Lulus SMA Jadi Pengusaha Super Nyentrik
ThePhrase.id – Susi Pudjiastuti adalah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014 – 2019 yang juga merupakan seorang pengusaha sukses. Usahanya bergerak di bidang perikanan dan penerbangan, dan ia merintis semuanya dari nol tanpa ijazah SMA maupun perguruan tinggi.

Susi ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo pada pemerintahannya untuk menjadi Menteri Kelautan dan perikanan, menggantikan menteri sebelumnya yaitu Sharif Cicip Sutarjo.

Pada pelantikannya sebagai menteri, ia menyita perhatian publik karena sosoknya yang nyentrik. Pasalnya, ia kedapatan sedang merokok dan memiliki tato di pelantikan tersebut. Hal tersebut menuai kritik dan pujian dari publik.

Susi Pudjiastuti. (Foto: instagram/susipudjiastuti115)


Tetapi, di balik kenyentrikannya, Susi memiliki kinerja sebagai menteri yang patut diacungi jempol. Ia memberlakukan kebijakan agresif dan menerbitkan peraturan-peraturan baru yang menuai hasil positif di bidang perikanan.

Kiprah sebagai Menteri


Nama susi dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas saat ia dilantik sebagai menteri. Ia kemudian makin dikenal masyarakat ketika menerapkan kebijakan memberantas penangkapan ikan ilegal atau illegal fishing di laut Indonesia.

Bukan sekadar memberantas, ia tak segan untuk menenggelamkan kapal milik asing yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia. Kapal yang telah ditenggelamkan selama masa jabatannya sudah berjumlah ratusan. Pada rentang waktu November 2014 hingga Agustus 2018, sebanyak 488 kapal pencuri ikan yang berasal dari Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, Papua Nugini, Tiongkok, dan Belize telah ditenggelamkan.

Hingga Oktober 2019, tercatat sebanyak 556 kapan pencuri ikan telah ditenggelamkan atas perintah Susi. Tentu saja kebijakan ini membuahkan pro dan kontra di masyarakat maupun pemerintahan. Banyak yang mengkritik kebijakan agresif tersebut karena kapal yang ditenggelamkan dapat merusak lingkungan. Ada usulan juga agar kapal tersebut dilelang agar jadi pemasukan untuk negara.

Tetapi, Susi memiliki alasan untuk kebijakannya. Menurutnya, bila kapal tersebut dilelang maka dapat dibeli kembali oleh pencuri ikan dengan harga yang murah. Sedangkan terkait masalah lingkungan, kapal yang akan ditenggelamkan telah dibersihkan dari benda yang berpotensi merusak lingkungan, dan tidak ditenggelamkan di daerah yang terdapat terumbu karang di bawahnya.

Susi Pudjiastuti. (Foto: instagram/susipudjiastuti115)


Berkat kebijakannya tersebut, ia mendapatkan apresiasi dari WWF (World Wide Fund) Internasional terkait 'Leaders for a Living Planet Awards' atas komitmennya menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan Indonesia. Hal ini bersebrangan dengan beberapa pejabat pemerintahan yang mengkritik kebijakan tersebut.

Meski menuai pro dan kontra, ternyata kebijakan tersebut membuahkan hasil positif. Selama dua tahun kebijakan tersebut diterapkan, stok ikan Indonesia bertambah 5,4 juta ton atau sekitar 76 persen. Meningkatnya stok tersebut berbuah pada meningkatnya ekspor ikan Indonesia.

Perempuan kelahiran tahun 1965 ini juga berperan dalam penerbitan beberapa peraturan terkait alat tangkap yang merusak lingkungan. Melalui Permen Kelautan No. 2 Tahun 2015, alat penangkapan ikan pukat hela dan pukat tarik dilarang. Begitu juga pembatasan penggunaan alat penangkapan ikan cantrang melalui Surat Edaran Nomor:72/MEN-KP/II/2016.

Susi juga mengeluarkan larangan ekspor benih lobster melalui Permen KKP No. 56/2016. Menurutnya, mengekspor benih lobster akan menyebabkan kerusakan ekologi karena permintaan dari luar negeri sangat tinggi dan menyebabkan eksploitasi. Terlebih lagi, harga lobster akan lebih tinggi saat sudah dewasa, yang mana akan lebih menguntungkan pengimpor kelak.

Dilansir dari Kompas, banyak pihak yang tidak senang dengan kebijakan ekspor benih lobster tersebut. Sebab, banyak pihak yang sebelumnya meraup untung dari eksploitasi tersebut kini mengalami kerugian. Susi mengatakan ia bahkan ditawari uang triliunan rupiah agar berhenti menjadi menteri.

Pengusaha Perikanan dan Penerbangan


Susi Pudjiastuti. (Foto: instagram/susipudjiastuti115)


Terpilihnya perempuan asal Pangandaran menjadi menteri bidang kelautan dan perikanan ini bukan tidak beralasan. Ia merupakan pengepul ikan yang telah terjun di dunia tersebut selama puluhan tahun.

Pada tahun 1983, Susi memutuskan untuk menjadi pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya berkembang hingga di tahun 1996, ia dapat mendirikan pabrik pengolahan ikan yang diberinama PT ASI Pudjiastuti Marine Product. Produk unggulannya adalah lobster bermerek 'Susi Brand'.

Pasarnya kian meluas hingga Asia dan bahkan Amerika. Untuk itu, jalur darat yang membutuhkan waktu lama membuat produknya kurang segar ketika sampai di tujuan. Dengan permasalahan itu, ia berinisiatif membeli pesawat, mengandalkan transportasi udara yang lebih cepat.

Di tahun 2004, ia membeli dua pesawat jenis Cessna Caravan. Ia juga mendirikan perusahaan aviasi bernama PT ASI Pudjiastuti Aviation yang bertujuan untuk mengangkut hasil tangkapannya dari Pangandaran ke Jakarta.

Perusahaan yang semula hanya diinisiasi untuk transportasi hasil tangkapan, merambat menjadi penerbangan komersial karena Tsunami Aceh di tahun yang sama. Ketika tsunami tersebut melanda, pesawat Susi merupakan yang pertama yang dapat mendarat di daratan Aceh untuk memberikan bantuan.

Bantuan tersebut ia berikan secara gratis selama dua minggu. Tetapi, ternyata banyak lembaga non-pemerintah yang meminta bantuannya untuk tetap berpartisipasi dalam perbaikan Aceh. Dengan itu, Susi menambah jumlah unit pesawatnya yang akhirnya membuka jalan komersial bagi penerbangan Susi Air.

Hingga kini, Susi Air telah memiliki 45 unit pesawat yang melayani penerbangan rute perintis dan juga penerbangan sewaan.

Masa Kecil dan Tidak Lulus SMA


Susi Pudjiastuti. (Foto: instagram/susipudjiastuti115)


Latar belakang Susi mulai berjualan sebagai pengepul ikan di umur 18 tahun adalah karena ia tidak melanjutkan pendidikan SMA-nya. Susi yang merupakan lulusan SMP Negeri 1 Pangandaran sempat melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Tetapi, ia berhenti di kelas dua karena merasa tidak cocok dengan sistem sekolah.

Ia merupakan pribadi yang tidak senang dikekang. Menurutnya, duduk berjam-jam di kelas bukanlah 'dirinya'.

"Saya menganggap duduk sekian jam di kelas itu bukan saya. I can do mroe thing," ungkapnya, dilansir dari Kompas.

Maka dari itu, ia keluar dari sekolah dan lebih memilih untuk kembali ke kampung halaman dan menekuni dunia bisnis ikan dengan menjual perhiasan yang ia punya seharga Rp 750 ribu sebagai modal.

Kendati demikian, pengalamannya tersebut bukanlah mengajarkan orang lain untuk tidak sekolah. Ia tidak menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang benar dan harus diikuti. Karena, tidak memiliki ijazah pendidikan akan membuat perjuangan hidup lebih berat. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic