ThePhrase.id – Semakin banyak tingkat konsumsi manusia di dunia, semakin bayak juga sampah yang dihasilkan. Sayangnya, tidak semua sampah berakhir pada tempat pembuangan semestinya. Melainkan, banyak yang berakhir di laut, habitat berbagai biota laut.
Dengan terbuangnya sampah ke laut, maka kehidupan biota laut akan terancam. Sebab, sampah-sampah tersebut adalah benda asing yang tidak bisa mereka hindari. Dan jika terjerat sampah-sampah tersebut, mereka dapat tersakiti, atau bahkan mati.
Melihat fenomena ini, banyak kalangan yang mengambil tindakan. Salah satunya adalah Swietenia Puspa Lestari, seorang penyelam asal Indonesia. Perempuan yang akrab dipanggil Tenia ini menginisiasi sebuah gerakan yang bernama Divers Clean Action (DCA). Fokusnya adalah untuk membersihkan pantai dan pulau-pulau tujuan wisata yang ada di Indonesia dari sampah.
Divers Clean Action (DCA)
Gerakan dan organisasi yang didirikan pada tahun 2015 tersebut lama-lama berkembang menjadi sebuah yayasan (2017) yang memiliki berbagai program serta bekerja sama dengan berbagai instansi. Tujuan utamanya adalah untuk memerangi masalah sampah laut, terutama pada pulau-pulau kecil di Indonesia.
DCA juga memiliki program penyisiran pantai di mana sampah-sampah yang dikumpulkan akan dipilah sesuai pemanfaatan daur ulangnya dan diproduksi menjadi barang baru.
Program edukasi pemilahan sampah kepada masyarakat. (Foto: BBC.com/Callistasia Wijaya)
Tenia juga melakukan edukasi pengelolaan sampah kepada masyarakat pesisir pada pulau-pulau di Indonesia dan mengajak masyarakat untuk memilah sampah serta memanfaatkan sampah mereka. Hal ini dilakukan demi meningkatkan kesadaran untuk tidak langsung membuang sampah, dan juga untuk tidak membuang sampah ke laut.
Bukan hanya itu, DCA juga memiliki program Marine Debris Research yang dapat dilihat melalui marinedebris.id. Program ini meneliti sampah yang ada di laut dan pesisir dan menghasilkan data yang mana bekerja sama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan Universitas Padjajaran agar data tersebut dapat dimanfaatkan.
DCA juga berinisiatif mengajak perusahaan-perusahaan yang menggunakan plastik pada produknya untuk mengurangi produksi barang berbahan plastik. Dengan begitu, berarti DCA juga memangkas masalah plastik langsung dari produsennya.
Tim DCA membersihkan sampah di laut. (Foto: diverscleanaction.org)
Tenia dan DCA juga bekerja sama dengan pemerintahan, baik daerah maupun nasional untuk menggerakkan berbagai program lingkungan. Dari sisi volunteer, DCA juga telah memiliki lebih dari 1.500 sukarelawan dari seluruh Indonesia yang bantu membersihkan laut.
Awal Mula Membangun DCA
Pada masa kecilnya, Tenia kerap berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta karena sang ayah bekerja di sana. Sejak kecil, ia senang menyelam di laut. Sebagai orang yang sejak kecil sering bermain di laut, ia menyaksikan keadaan laut yang makin memburuk akibat sampah.
Ia kemudian kerap menyelam untuk membersihkan sampah-sampah di dalam laut. Bersama beberapa teman-temannya yang juga peduli akan lingkungan laut, Tenia berpikir bahwa jika hanya membersihkan sampah di laut, maka masalah tersebut tidak akan selesai.
Swietenia Puspa Lestari. (Foto: kickandy.com)
“Wah kayanya kalau kita cuma bersihin sampah, masalah ini gak akan selesai. Karena kalau kita ngomongin laut kan semua laut menyatu, jadi sampah bisa dateng aja besok terus, dateng lagi,” ujar Tenia seperti dilansir Beritasatu.
Berangkat dari pemikiran itu, ia dan teman-temannya sebenarnya mencari NGO (non-government organization) yang dapat membantu permasalahan tersebut. Tapi pada saat itu (2015) tidak ada NGO yang bergerak di bidang tersebut. Dengan modal nekat, Tenia dan dua pendiri lainnya akhirnya mendirikan DCA, komunitas yang melakukan bersih-bersih laut dengan lebih terukur, rutin, dan terprogram.
Tenia juga tergerak untuk mendirikan DCA berkat kegemarannya menyelam. Ia ingin menyelam dengan tidak lagi melihat sampah, lantas siapa orang yang akan peduli jika bukan dirinya yang memang menyukai laut tersebut.
Tenia merupakan lulusan jurusan teknik lingkungan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Ide mendirikan komunitas sekaligus gerakan untuk membersihkan laut tersebut muncul ketika masih kuliah.
Tenia yang saat itu masih kuliah berpikir, bahwa teori tentang teknik lingkungan belum bisa diaplikasikan di pulau-pulau terpencil.
“Aku akan menjadi sarjana teknik lingkungan, belajar masalah pengelolaan sampah. Namun kok aku merasa teori-teori ini belum bisa diterapkan 100 persen di daerah pulau-pulau kecil dan pesisir,” ujarnya.
Tidak Langsung Diterima
Dalam menjalankan DCA, perempuan kelahiran tahun 1994 ini menghadapi berbagai rintangan. Mulai dari direndahkan karena perempuan, hingga masyarakat yang sulit diedukasi mengenai buruknya membuang sampah ke laut.
“Cewek, kecil, tahu apa sih? Hitam lagi, gitu (kata orang-orang). Tapi ketika kita bawa data, semua jadi berubah (sikapnya),” ujar Tenia, dilansir dari BBC News Indonesia.
Ia juga mengatakan bahwa banyak orang yang ‘nyinyir’ tentang apa yang dilakukannya. Padahal, yang ia gerakkan memiliki dampak yang sangat baik bagi lingkungan, dan juga bagi masyarakat karena juga melakukan kegiatan edukasi. Tetapi ia tak gentar dan terus melaksanakan yang benar.
“Aku sendiri yang nemuin ada ikan, dia terjerat di dalam sampah plastik. Dan ketika aku nggak ambil sampah plastik itu dan aku keluarin ikannya, ya ikan itu akan terjerat di situ kan. Itu yang (membuat) merasa, oh walaupun kadang orang bilang apa yang kamu lakukan gak penting. (Karena) ketika bersihin sampah, besok pasti ada lagi sampahnya. Ternyata itu sesuatu yang besar, bagi hewan laut itu, karena mereka butuh kita untuk menyelamatkannya,” tegas Tenia.
Penghargaan
Dengan upaya yang dijalankan Tenia dan tim DCA, tentu sangat wajar bila ia mendapatkan berbagai penghargaan. Penghargaan internasional pertama yang ia dapatkan adalah Short Term Award dari Australia Awards (2019) yang memberinya kesempatan untuk belajar meningkatkan kapasitas daur ulang di Griffith University, Australia.
Di tahun yang sama setelah pulang dari Australia, Tenia masuk dalam daftar 100 perempuan menginspirasi dan berpengaruh di seluruh dunia oleh BBC (British Broadcasting Corporation). Pada tahun tersebut, ia menjadi orang Indonesia satu-satunya yang mendapatkan penghargaan itu.
Tak kalah hebat, di tahun 2020 ia juga dinobatkan menjadi salah satu 30 under 30 oleh Forbes Asia dalam kategori Social Entrepreneurs. Masih pada tahun yang sama, Tenia mendapatkan 2020 Outstanding Young Alumni Award dari Australia Global Alumni.
Ia juga pernah mewakili Indonesia pada konferensi internasional United Nations (PBB) Climate Change dalam membahas keterlibatan pemuda dalam isu kelautan di tahun 2017. Hebatnya lagi, Tenia juga terpilih menjadi salah satu peserta pada kegiatan Obama Foundation Leaders Forum pada tahun 2019, di mana ia merupakan peserta termuda. [rk]