leader

Terpampang sebagai Google Doodle, Ini Sosok Penyanyi Legendaris Didi Kempot

Penulis Rahma K
Feb 28, 2023
Terpampang sebagai Google Doodle, Ini Sosok Penyanyi Legendaris Didi Kempot
ThePhrase.id – Pada hari Minggu, 26 Februari 2023, Google memasang sosok penyanyi legendaris Indonesia, Didik Prasetyo atau yang lebih dikenal dengan nama Didi Kempot sebagai Google Doodle pada laman utamanya.

Google Doodle tersebut memperlihatkan sosok Didi Kempot yang tengah memegang microphone dan mengenakan baju khasnya berwarna ungu dengan sentuhan batik pada ujung lengannya. Terdapat juga ilustrasi bayangan penonton serta kain batik dan animasi bintang.

Melalui penjelasan doodle tersebut, alasan Google memasang doodle Didi Kempot adalah untuk memperingati dua tahun master musik campursari Jawa ini mendapatkan penghargaan Indonesia Lifetime Achievement Award dari Billboard.

Google Doodle Didi Kempot. (Foto: Google)

Didi Kempot dan lagu-lagunya


Didi Kempot sendiri merupakan seorang musisi, penyanyi, dan pencipta lagu pada genre campursari, congdut (keroncong-dangdut), pop Jawa, dan koplo yang melegenda dan dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas. Ia berasal dari Surakarta, Jawa Tengah.

Ia memiliki penggemar dan peminat akan lagu-lagunya dari berbagai daerah di Indonesia, dan bahkan di negara-negara lain seperti Belanda dan Suriname. Penggemarnya menyebut diri mereka sebagai "Sad Boys" dan "Sad Girls" dan tergabung dalam komunitas Sobat Ambyar.

Didi juga mendapatkan julukan "Godfather of Broken Heart" alias "Bapak Patah Hati Nasional" dan "Lord Didi" dari penggemarnya, berkat lagu-lagunya yang menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati.

Sebagai musisi yang dikenal akan karya-karyanya yang menjangkau lintas generasi, Didi telah menulis sekitar 700 lebih judul lagu. Sebagian besar lagu-lagunya ditulis dalam bahasa Jawa dan menggunakan tema patah hati dan kesedihan.

Didi Kempot. (Foto: Instagram/ didikempot_official)


Dalam menulis dan menciptakan lagu, Didi juga memiliki ciri khas, yakni menggunakan nama tempat untuk judul lagunya. Sebut saja seperti "Stasiun Balapan", "Terminal Tirtonadi", "Kopi Lampung", "Pantau Klayar", "Tanjung Perak", dan masih banyak lagi.

Selain itu, ia juga memiliki sederet lagu-lagi hits seperti "Cidro", "Layang Kangen", "Sewu Kutho", "Ambyar", "Tatu", "Suket Teki", "Pamer Bojo", "Banyu Langit", "Ati Dudu Wesi", "Tanjung Mas Ninggal Janji", "Jambu Alas", "Podo Pintere", "Ati Dondong", dan "We Cen Yu".

Didi terus membuat karya demi karya, hingga karya terakhirnya, yakni "Ojo Mudik" yang ia rilis pada 1 Mei 2020, empat hari sebelum dirinya meninggal dunia. Lagu tersebut berisi imbauan agar masyarakat tidak pulang kampung ketika pandemi Covid-19.

Satu bulan sebelum berpulang, Didi juga sempat menggelar konser siaran langsung dari rumah. Konser online tersebut meraih donasi hingga Rp7,6 miliar untuk melawan Covid-19.

Didi Kempot. (Foto: Instagram/ didikempot_official)

Perjalanan Didi dari pengamen hingga jadi penyanyi legendaris


Meskipun ia dikenal secara luas hingga akhir hayatnya, yakni pada 5 Mei 2020, untuk sampai di posisinya, perjuangannya tidaklah yang mudah. Didi memulai kariernya sebagai musisi di jalanan, alias sebagai pengamen jalanan.

Mengamen di jalan jugalah yang melahirkan nama Kempot yang berarti Kelompok Pengamen Trotoar. Nama Kempot tersebut muncul ketika ia mulai mengamen di Jakarta, di daerah Slipi, Palmerah, Cakung, hingga Senin.

Namun sebelumnya, ia terlebih dahulu mengamen di kampung halamannya, Surakarta. Saat usianya 18 tahun, ia dan teman-temannya membentuk sebuah band jalanan dan mulai mengamen menggunakan alat musik ukulele dan kendhang.

Setelah tiga tahun lamanya ia mengamen di jalanan Surakarta, barulah Didi mencoba peruntungannya untuk berkarier di Jakarta. Selain mengamen, ia juga mulai mencoba rekaman untuk membuat lagu-lagunya secara profesional.

Didi Kempot. (Foto: Instagram/ didikempot_official)


Setiap malam setelah seharian mengamen, Didi kerap begadang untuk merekam lagu-lagunya di kaset kosong. Sayangnya, sering kali kaset yang ia kirim ke studio rekaman tidak mendapatkan respon, bahkan sebagian besar tidak melewati meja security.

Didi tidak menyerah dan terus merekam dan mengirimkan kaset hasil rekamannya. Hingga akhirnya hasil kerja kerasnya dilirik oleh label Musica Studio's. Di tahun 1989 ia kemudian mengeluarkan album pertamanya dengan lagu andalan "Cidro" yang mendunia.

Yap, mendunia. Pasalnya, lagu ini terkenal hingga ke Belanda dan Suriname. Maka dari itu, Didi mulai tampil di luar negeri untuk membawakan lagu-lagunya yang meraih kesuksesan tersebut. Bahkan di tahun 1996 Didi juga menggarap dan merekam lagu "Layang Kangen" di Rotterdam, belanda.

Ketika kembali ke Tanah Air, pamornya makin melejit dengan lagu-lagu dan album-album baru yang ia keluarkan. Ia terus berkarya hingga akhir hayatnya. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic