ThePhrase.id – Nadhifa Allya Tsana adalah seorang penulis muda yang karyanya digemari generasi Z Tanah Air. Ia lebih akrab dipanggil dengan nama Tsana, dan dikenal melalui nama pena-nya, Rintik Sedu. Ia telah menulis banyak novel, dan beberapa diantaranya diangkat ke layar lebar. Berkat karyanya ia menjadi idola Generasi Z.
Bukunya yang telah diangkat ke layar lebar adalah Geez & Ann dan Kata. Buku Geez & Ann sendiri berseri menjadi Geez & Ann #1 (2017), Geez & Ann #2 (2017), Buku Rahasia Geez (2018), dan Geez & Ann #3 (2020). Buku ini kemudian diangkat menjadi film yang dirilis di Netflix pada 25 Februari 2021.
Aktor dan aktris pemeran karakter kisah ini juga pemeran ternama seperti Hanggini dan Junior Roberts. Bahkan, cerita Geez & Ann ini juga diangkat sebagai serial yang tayang di platform Vidio.
Tsana atau Rintik Sedu. (Foto: Instagram/ntsana)
Sedangkan buku Kata: Tentang Senja Yang Kehilangan Langitnya dirilis di tahun 2018. Buku ini juga naik menjadi film layar lebar yang akan tayang di tahun 2022 ini. Digarap oleh Falcon Pictures, film ini dibintangi oleh nama-nama berbakat muda seperti Vanesha Prescilla, Rezky Febian, dan Pradikta (Dikta).
Selain itu, ia juga menulis buku lainnya seperti Buku Minta Dibanting (2020), Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang (2020), dan Buku Minta Disayang (2021). Salah satu dari buku itu yang berjudul Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang ia garap bukan sendiri, melainkan bersama sastrawan senior Sapardi Djoko Damono.
"Pressure dan takut. Awalnya aku pikir aku takut kolaborasi dengan sosok pak Sapardinya. Ternyata aku takut untuk kolaborasi dengan dunia seorang Sapardi, yang pembacanya pun kalau disuruh nulis juga pasti bagusan tulisan mereka daripada tulisanku. Aku kan masih baru dan aku masih perlu banyak belajar," ungkap Tsana ketika ditanya kesannya berkolaborasi dengan Sapardi, dilansir dari detik.
Awal Mula Menulis
Tsana bersama Sapardi Djoko Damono. (Foto: Instagram/ntsana)
Perempuan kelahiran Mei 1998 ini gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Ia menyalurkan minatnya dalam menulis melalui berbagai hal. Saat masih SMP, ia kerap menuliskan kembali apa yang teman-teman dekatnya ceritakan padanya.
Saat di SMA, Tsana ingin tulisan yang ia buat dibaca oleh orang lain. Sehingga, ia memberanikan diri untuk mengirim tulisannya agar dimuat di mading sekolah. Selama tiga bulan, Tsana selalu mengirimkan tulisannya untuk dimuat di mading di hari Jumat. Sayangnya, tulisannya tak pernah diterima dan tak pernah dimuat di mading sekolah karena tulisannya dianggap terlalau absurd.
"Coba kirim-kirim ke mading sekolah, berkali-kali, dikirim selama tiga bulan tiap hari Jumat, gak pernah diterima. Karena menurut mereka terlalu absurd, dan mungkin orang ditaruh di mading pun gak ada yang baca, jadi buat apa ditempel," cerita Tsana.
Tidak bekecil hati, Tsana kemudian meminta tulisannya kembali untuk ia unggah di blog. Ia merasa senang membagikan tulisannya di blog, karena ia tak perlu memikirkan apakah tulisannya dibaca orang atau tidak. Menurutnya, yang penting ia telah membagikan tulisannya, dan tak ia simpan sendiri.
Tsana atau Rintik Sedu. (Foto: Instagram/ntsana)
Suatu waktu, ada seorang pembaca blognya yang menyarankan dirinya untuk mengunggah tulisannya di platform Wattpad. Wattpad itu sendiri merupakan platform yang juga hadir dalam bentuk aplikasi untuk membaca tulisan atau buku dan juga untuk menulis cerita yang dapat dibaca oleh pengguna Wattpad lain.
Tsana yang sebelumnya tidak mengetahui Wattpad jadi tertarik untuk mengunggah ceritanya di Wattpad. Tulisannya yang berjudul Geez & Ann sangat populer dan mendapat respon positif, hingga seorang Editor menghubunginya dan menawarkan untuk menerbitkan ceritanya menjadi sebuah buku.
Ide Menulis, Tulisan Tsana, dan Podcast
Tulisan Tsana pada umumnya menceritakan seputar kehidupan seseorang yang seumuran dengannya. Hal ini dikarenakan ia selalu melihat hal disekitarnya ketika menulis. Sehingga, hasil tulisannya juga menjadi relateable dengan pembacanya, atau sang pembaca dapat menikmati dan terhubung dengan cerita maupun prosa yang ia tulis.
Tsana atau Rintik Sedu. (Foto: Instagram/ntsana)
"Aku gak mau nulis sok tua yang lebih dari usiaku, walaupun sebenarnya bisa, apalagi kayak novel. Tapi karena aku nulis ini sejenis tulisan-tulisan, prosa-prosa pendek setiap hari, yang juga pembacaku umurannya masih ada yang SMP, SMA, jadi pertama aku harus tahu dulu keresahan mereka. Aku perlu tahu anak-anak di umur 18 menuju 20 itu kegelisahannya apa aja sih," ungkap Tsana.
Pasalnya, selain menulis novel, Tsana juga aktif di media sosial instagram @rintiksedu membagikan tulisan-tulisan singkat yang membuat pembacanya terhubung atau relate dengan tulisan tersebut. Dengan kata-kata singkatnya tersebut, ia ingin orang merasa tidak merasakan perasaan yang tertuang dalam tulisan itu sendirian, karena tulisannya hadir sebagai 'teman'.
"Aku gak mau dibilang bijak, sebenarnya. Jadi kalau ada orang bilang Rintik Sedu tuh nulis kata-kata bijak, tuh aku gak mau. Karena, aku menulis itu selalu memposisikan diriku sebagai teman. Teman yang ketika mereka baca, mereka menemukan 'teman' itu ternyata dirinya sendiri. Kayak, menemukan reflection, ketika mereka baca 'Ih ternyata gak gue doang nih yang ngerasain ini'. Jadi gitu, aku gak pernah mau nulis yang diberat-beratin, ditua-tuain, yang biar keliatan sok bijak, aku gak mau. Aku mau tulisanku bisa jadi teman untuk yang baca," ungkap Tsana.
Selain dari sekelilingnya dan juga pembacanya, Tsana juga menjadikan kegiatan sehari-harinya sebagai inspirasinya, terutama ketika berada di transportasi umum. Ia yang mengambil pendidikan Teknik Elektromedik di Politeknik Kesehatan Jakarta harus bolak-balik dari tempat tinggalnya di Cibubur ke kampusnya di Kebayoran.
Ia lebih memilih untuk menggunakan bus shuttle sebagai moda transportasinya. Jarak yang jauh ditambah kemacetan Ibu Kota justru membuat Tsana terinspirasi. Melihat raut wajah tiap orang yang lelah pulang kerja atau mengantuk ketika berangkat membuatnya melihat kehidupan riil di lapangan.
Tsana juga merambah dunia podcast untuk membagikan karyanya melalui bentuk vokal. Bahkan, ia juga bekerja sama dengan Spotify untuk menggarap podcast yang berjudul Kuas Kanvas dan Bulan Kesepian (KKDBK). [rk]