leader

Tubagus Syailendra, CEO Chickin Indonesia yang Masuk Forbes 30 Under 30

Penulis Rahma K
Apr 13, 2022
Tubagus Syailendra, CEO Chickin Indonesia yang Masuk Forbes 30 Under 30
ThePhrase.id – Daftar 30 under 30 2022 versi Forbes Indonesia telah dirilis. Salah satu pemuda yang masuk dalam daftar bergengsi tersebut adalah Tubagus Syailendra, CEO sekaligus Co-Founder dari Chickin Indonesia yang bergerak sebagi perusahaan teknologi peternakan dan distribusi daging.

Tubagus masuk ke dalam daftar ini bersama dengan rekannya yang bernama Ashab Alkahfi sebagai President dan Founder. Keduanya bertemu dan mendirikan usaha ini saat masih duduk di bangku kuliah pada Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur.

Chickin Indonesia  merupakan sebuah startup yang bergerak pada bidang teknologi peternakan, dan berfokus pada unggas. Startup ini mengembangkan aplikasi Smart Farm Micro Climate Controller sebagai solusi untuk peternakan ayam agar lebih produktif dan efisien.

Tubagus Syailendra (kanan) dan Ashab Alkahfi (kiri) saat menerima penghargaan 30 under 30 Forbes Indonesia. (Foto: instagram/tebesw)


Tujuan didirikannya usaha ini adalah untuk menjaga ketahanan pangan di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi sehingga bisa memenuhi pasokan daging ayam yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Bahkan, usahanya ini merupakan startup teknologi unggas pertama di Asia Tenggara.

Dengan menjadi yang pertama, maka dampak yang diberikan juga besar. Aplikasi yang dikembangkannya telah diunduh oleh seribu peternak ayam di Indonesia. Dengan diunduh dan digunakannya aplikasi tersebut, maka Chickin Indonesia juga membantu dalam meningkatkan pendapatan ratusan peternak unggas dalam negeri.

Sebelum mendirikan startup ini, Tubagus dan rekannya telah melakukan riset dan development dengan menjadi peternak secara langsung di daerah Jawa Tengah. Dengan begitu, keduanya mengetahui permasalahan yang dihadapi para peternak lokal.

"Karena sejak kita menjadi peternak, kita telah melihat banyak sekali kendala dalam membudidayakan ayam dan industri perunggasan yang memiliki potensi besar untuk berkembang," jelas Tubagus, dilansir dari Detik.

Tubagus Syailendra (kiri) dan Ashab Alkahfi (kanan). (Foto: instagram/tebesw)


Dedikasi ini dilakukan sembari menimba ilmu strata satu. Bahkan keduanya juga mengikuti berbagai kompetisi bisnis untuk mengumpulkan modal. Meski harus membagi waktu antara bisnis dan kuliah, hasil dari kerja keras Tubagus kini dapat dirasakan dan menguntungkan banyak peternak ayam.

"Terlihat sangat ambisius di usia kami saat itu, karena kami harus bekerja 18 jam/hari untuk menyeimbangkan kehidupan kuliah dan bisnis saat itu," ungkap laki-laki yang berusia 23 tahun itu.

Pasalnya, aplikasi yang digarap kedua alumnus UB ini telah membantu para peternak untuk melakukan kontrol iklim kandang secara otomatis. Para peternak dapat melakukan kontrol iklim dari rumah.

Terlebih lagi, peternak juga dapat memasukkan data seperti saran produksi peternak, data harian, hingga data penjualan. Sehingga, performanya dapat terukur dan dapat meminimalisir risiko dengan melakukan tindakan preventif.

Tubagus Syailendra. (Foto: instagram/tebesw)


Fitur yang ditawarkan dalam aplikasi Chickin ini dapat mengelola kandang, mengelola data kandang, dan konfigurasi IoT (Internet of Things) yang dapat disesuaikan dengan keadaan cuaca, suhu, kelembaban, hingga umur ayam ternak.

Selain dampak bagi para peternak, Chickin Indonesia sendiri telah mecatat pertumbuhan bisnis 22 kali dalam 10 bulan terakhir. Dilansir dari laman Prasetya UB, Chickin telah bermitra dengan beberapa perusahaan seperti Japfa, Charun Pokphand, CJ group, hingga 14 rumah potong hewan lainnya dan juga 100 industri makanan untuk menyuplai daging ayam.

Bahkan, Chickin juga telah berhasil menutup putaran pendanaan seed round sebesar Rp 35 miliar dengan 3 investor global. Tubagus dan Ashab menargetkan peningkatan omset hingga Rp 500 miliar pada akhir tahun 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulannya.

Tubagus Syailendra. (Foto: instagram/tebesw)


Selain itu, keduanya juga merupakan startup binaan BIIW (Badan Inovasi dan Inkubator Wirausaha) UB yang meraih pendanaan dari luar negeri sjeumlah USD 2,5 juta atau sekitar Rp 35,8 miliar. Keduanya juga merupakan startup yang menjadi Top 3 pada Pertamuda Seed & Scale, program Pertamina yang mendukung perkembangan startup di kalangan generasi muda Indonesia.

Tubagus Syailendra merupakan lulusan dari jurusan Hubungan Internaisional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UB. Ia juga pernah menjalani summer course di Huazhong University of Science and Technology di Wuhan, Tiongkok dengan mempelajari bisnis internasional.

Tubagus terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) FISIP, UB 2019. Ia juga mendapatkan penghargaan sebagai salah satu dari delapan siswa terbaik di #WisudaLDR oleh Najwa Shihab, mengalahkan lebih dari 1000+ mahasiswa pelamar di seluruh Indonesia. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic