leader

Ubaidillah Fatawi, Kepala Sekolah Muda yang Hidupkan Pendidikan Alternatif Berbasis Humanis di Bumi Cendekia

Penulis Rahma K
Dec 13, 2024
Ubaidillah Fatawi. (Foto: Instagram/ubaidillah.fatawi)
Ubaidillah Fatawi. (Foto: Instagram/ubaidillah.fatawi)

ThePhrase.id – Di sebuah sudut Desa Tirtoadi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, terdapat sebuah sekolah yang unik. Sekolah ini memadukan konsep pendidikan alternatif dan nilai-nilai pesantren. Sekolah Bumi Cendekia namanya, berdiri sejak tahun 2018 dan mengampu hingga jenjang SMP dan SMA.

Ubaidillah Fatawi adalah kepala sekolah dari SMA Bumi Cendekia. Di usia yang relatif muda, ia telah dipercaya untuk membawahi 10 guru pengajar dan memegang 48 siswa. 

Sebagai kepala sekolah, ia menjadi salah satu penggerak utama Bumi Cendekia sebagai ruang belajar yang menggunakan metode pendidikan alternatif, serta menghadirkan konsep pendekatan yang humanis, kontekstual, dan memberdayakan anak.

Kehadiran Ubed di sekolah ini sebagai kepala sekolah pada tahun 2023 turut membawakan program-program inovatif yang bermanfaat untuk para siswa. Salah satunya adalah Riset Jati Diri, di mana siswa diajak menjawab pertanyaan besar tentang tujuan hidup mereka melalui penelitian kontekstual.

Selain itu, ada juga program Live-In yang mengajak siswa tinggal di lingkungan konservasi atau profesi untuk memperluas wawasan serta empati mereka. 

Dalam program-program inovasinya, Ubed mengutamakan dialog, mendengarkan kebutuhan siswa, dan memberikan ruang untuk eksplorasi. Hal ini kemudian tercermin dari kebijakan sekolahnya yang fleksibel dibandingkan dengan sekolah formal lainnya.

Ubaidillah Fatawi  Kepala Sekolah Muda yang Hidupkan Pendidikan Alternatif Berbasis Humanis di Bumi Cendekia
Ubaidillah Fatawi (tengah) sebagai kepala sekolah Bumi Cendekia. (Foto: Instagram/ubaidillah.fatawi)

Namun, sebelum bisa berada di titik ini, Ubed terlebih dahulu menimba ilmu di bidang pendidikan hingga ke jenjang S-2. Ia juga menjadi pengajar di sekolah alternatif dan non-formal bernama Sanggar Anak Alam atau yang lebih dikenal dengan nama SALAM di Yogyakarta.

Selain itu, latar belakang dirinya yang merupakan anak dari seorang guru juga menimbulkan kecintaannya pada pendidikan sejak belia. Dikutip dari laman LPDP, Ubed mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang guru honorer di SMP swasta. Sang ayah juga mengajar anak-anak desa mengaji di sore hari.

Ia mengaku bahwa ketika kecil dirinya sering diajak sang ayah ke sekolah saat mengajar maupun ke pengajian sore. Maka dari itu, ia telah familier dengan suasana belajar mengajar yang kemudian menjadi passionnya ketika dewasa.

Ubed menempuh pendidikan S-1 di Universitas Negeri Yogyakarta pada jurusan Teknologi Pendidikan. Selain karena ketertarikannya pada pendidikan, faktor yang mendorong Ubed untuk menekuni bidang ini adalah karena ketika masih duduk di bangku SMK, banyak dari temannya adalah anak dari TKI yang tumbuh tanpa kehadiran orang tua. Mereka tidak mendapat arah yang jelas untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Jurusan Teknologi Pendidikan mempelajari tentang bagaimana mempermudah proses pembelajaran itu sendiri. Tentang cara menginovasikan proses belajar di kelas termasuk ekosistemnya. Dengan mengambil jurusan ini melalui Beasiswa Bidik Misi, Ubed berharap dapat menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya terkait sistem pendidikan.

"Saya di kelas ini kok sering ngantuk, pembelajaran itu membosankan, gurunya hanya ceramah. Saya pikir apa memang pendidikan seperti itu. Maka di jurusan ini saya ingin mengulik apakah memang pakemnya begitu atau masih bisa kita ubah," ungkap Ubed, merefleksikan kegelisahannya kala itu.

Ubaidillah Fatawi  Kepala Sekolah Muda yang Hidupkan Pendidikan Alternatif Berbasis Humanis di Bumi Cendekia
Ubaidillah Fatawi di Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta. (Foto: Instagram/ubaidillah.fatawi)

Proses kegelisahan dan pencarian paradigma pendidikan yang dilakukan Ubaid ini turut didorong oleh aktivitasnya di luar kampus. Pengalamannya mengajar di SALAM makin membuka matanya dan memperkaya wawasannya bahwa bukan sekadar transfer ilmu, tetapi proses membangun kemandirian berpikir dan bersikap.

Berangkat dari sini, pemuda kelahiran tahun 1994 ini kemudian merasa harus melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 untuk makin memperkaya ilmunya. Namun, tekadnya harus terganjal biaya. Untungnya, seorang temannya menginformasikan adanya beasiswa LPDP yang bisa diikuti kelompok penerima Bidik Misi.

Setelah melewati berbagai tahapan hingga proses wawancara yang cukup alot karena diwarnai dengan perdebatan dengan pewawancara yang merupakan seorang dosen pendidikan, Ubed akhirnya dinyatakan lolos dan menjadi penerima beasiswa LPDP angkatan PK-169 Gunandhya Janitra.

Ia melanjutkan pendidikan S-2-nya di kampus yang sama dan lulus dengan gelar Magister Teknologi Pembelajaran. Terkait pilihannya untuk melanjutkan S-2 di Indonesia dan tidak di luar negeri adalah karena ia merasa masih butuh waktu lebih untuk berkontribusi pada Indonesia.

"Saya memilih tetap (di) Indonesia karena saya merasa masih butuh waktu lebih untuk berkontribusi pada Indonesia. Saya merasa bahwa ketika saya mengambil S-2 di dalam negeri, saya masih bisa terkoneksi dengan komunitas saya, untuk berkontribusi pada komunitas saya. Sehingga apa yang saya lakukan itu tidak putus," bebernya, dikutip dari laman LPDP.

Setelah merampungkan pendidikannya di tahun 2022, Ubed kemudian melanjutkan kiprahnya di bidang pendidikan dengan bergabung bersama Bumi Cendekia yang baru membuka kelas SMA pada November 2022. Pada Januari 2023, Ubed ditunjuk menjadi kepala sekolah dan terus menghadirkan program-program inovatif untuk siswa. [rk]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic