ThePhrase.id – Belum lama ini, penelitian terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik yang berasal dari berbagai aktivitas di perkotaan.
Menanggapi hasil penelitian yang membuat masyarakat resah ini, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) periode 2017-2024 Agus Dwi Susanto menyampaikan dampak yang dapat terjadi apabila inhalasi mikroplastik pada saluran bernapasan terjadi dalam jangka panjang.
Dilansir dari Antara, inhalasi jangka panjang mikroplastik dapat berisiko menimbulkan penyakit paru-paru, mulai dari asma hingga kanker. Selain itu, penyakit seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), peradangan paru/pneumonitis, dan fibrosis paru juga bisa dialami yang menghirupnya.
Adapun mikroplastik merupakan partikel-partikel plastik halus dengan ukuran 1 μm-5 mm hasil degradasi plastik.
"Mikroplastik yang di udara yang terinhalasi, untuk ukuran di atas 5 mikrometer (μm) umumnya hanya sampai saluran napas atas. Efeknya menyebabkan iritasi di hidung dan saluran napas atas, menimbulkan keluhan hidung berair, gatal-gatal di hidung, sakit tenggorokan, batuk," katanya.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa mikroplastik dengan ukuran 0,5 μm sampai dengan di bawah 5 μm apabila terhirup bisa sampai saluran napas bawah dan alveoli paru. Ini lah yang memicu dampak seperti iritasi dan peradangan saluran napas bawah dan paru, sehingga timbul gejala batuk, batuk berdahak, dan sesak napas.
Agus Dwi Susanto juga membeberkan bahwa pada orang dengan penyakit paru seperti asma dan PPOK, inhalasi mikroplastik dapat meningkatkan risiko serangan asma dan PPOK.
Soal mikroplastik, Agus menjelaskan bahwa mikroplastik bisa terbentuk secara primer dan sekunder. Untuk primer, asalnya dari kosmetik, produk perawatan diri, detergen, dan insektisida. Sedangkan sekunder berasal dari botol plastik, kantung plastik, penyimpanan makanan, dan lain-lain.
Mikroplastik ini dapat terbawa di udara dan mengalami pengendapan baik kering maupun basah di permukaan bumi. Endapan ini kemudian dapat ditemukan di air, di sayuran, hingga tertelan dari makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Sedangkan mikroplastik yang ada di udara permukaan dapat terhirup lewat saluran bernapasan dan masuk ke paru-paru.
Untuk mengurangi risiko inhalasi mikroplastik berlebihan, Agus menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan. Terutama ketika berada di lokasi yang tinggi polusi dan debu.
Selain itu, saran lain yang diberikan adalah istirahat dengan cukup, makan makanan bergizi, tidak membakar sampah, mengelola sampah dengan baik, dan mengurangi penggunaan plastik dalam keseharian. [rk]