ThePhrase.id - Widaningsri Soesilo, putri pahlawan nasional dan istri dari Mantan Menko Polkam Soesilo Soedarman, meninggal dunia pada Rabu, 14 Desember 2021 pukul 10:26 WIB di kediamannya, di Jalan Panglima Polim III No.7, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Jenazah Widaningsri akan diterbangkan ke Cilacap pada Rabu 15 Desember 2021, untuk dimakamkan di Pemakaman Keluarga Mukti Wibowo Mulyo (MWM) di Desa Gentasari. Kompleks Pemakaman ini terletak dibelakang Museum Soesilo Soedarman, yang merupakan tempat kelahiran Soesilo pada tahun 1928.
Widaningsri lahir di Lamongan, Jawa Timur pada 20 Januari 1931. Ia adalah putri Pahlawan Nasional Muhammad Mangundiprojo, tokoh sentral dalam peristiwa Gedung Internatio, di Surabaya dan merupakan pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Jawa Timur bersama Bung Tomo, dan Doel Arnowo.
Widaningsri Soesilo Soedarman. (Foto. Istimewa)
Peristiwa yang hampir mempertaruhkan nyawa Mangundiprojo tersebut dikenal sebagai pertempuran antara arek-arek Suroboyo dengan Tentara Sekutu yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan 10 November 1945.
Sebagai anak seorang pahlawan, Widaningsri tidak mengungsi untuk menyelamatkan diri, tetapi ia tetap berada di Surabaya bersama sang ayah. Pada tahun 1948, Widaningsri dan ayahnya pindah ke Yogyakarta menjelang Agresi Militer Belanda.
Di kota tersebut, Widaningsri bertemu dengan seorang kadet Taruna bernama Soesilo Soedarman yang kemudian menikahinya pada tahun 1951. Bersama sang suami yang merupakan tentara, ia tak jarang berpindah dari satu kota ke kota lainnya.
Ketika sang suami menjabat sebagai perwira Kalaveri di Padalarang, Jawa Barat, hampir setiap malam dilakukan patroli dengan pasukan lapis baja. Hal ini dikarenakan adanya pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI TII). Batalyon Kavaleri Badak Bercula Satu selalu siaga menumpas para pengganggu keamanan.
Tak jarang juga Widaningsri pada pagi hari ikut membantu korban TNI yang saat pada malam hari melakukan pertempuran dan terluka dari dalam tank.
Menjelang pemberontakan Gerakan 30 September 1965, seluruh keluarga Soesilo berpindah ke Magelang, Jawa Tengah dengan tugas membina para calon pimpinan TNI pada Pendidikan Akademi Angkatan Bersenjata RI (AKABRI).
Di situ, Widaningsri menjadi ibu asuh Taruna. Ia mengasuh para calon Jenderal dan calon pimpinan TNI seperti Endiartono Sutarto, Agum Gumelar, Luhut Pandjaitan, dan masih banyak lagi. Kedua suami istri berperan dalam membina, mengembangkan, dan mengasuh personalia TNI.
Pada akhir karier sang suami di TNI, keluarga mereka berpindah ke Medan, Sumatera Utara untuk mengamankan bagian Barat Indonesia. Soesilo menjabat sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan Sumatera dan Kalbar, bertanggung jawab dalam keamanan Aceh, Kepulauan Natuna, dan perbatasan Kalimantan Barat.
Setelah kariernya di TNI berakhir, Soesilo diangkat menjadi Duta Besar RI di Amerika Serikat. Di sana, Widaningsri berkesempatan untuk berkenalan dengan Ibu Presiden Reagan dan Ibu Wakil Presiden George H Bush.
Pada tahun 1988 Widaningsri kembali ke Indonesia karena sang suami diminta untuk menjadi Menteri Pariwisata Pos dan Tekelomunikasi pada Kabinet Pembangunan V oleh Presiden Soeharto. Kemudian pada tahun 1993 Soesilo diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam).
Sebelum menyelesaikan jabatannya pada tahun 1998, Soesilo telah meninggal dunia pada tahun 1997. Widaningsri pun merawat dan membersarkan kelima anaknya yakni Pradewi Indriyastuti Soesilo,Dwisuryo Indroyono Soesilo,Triharyo Indrawan Soesilo,Tjarono Indrokusumo Soesilo dan Pancolo Indrajat hingga akhir hayatnya.
Keempat anaknya (yang satu telah meninggal dunia) merupakan pribadi yang sukses pada berbagai bidang. Anak pertama merupakan dokter spesialis Rehabilitasi Medik, anak kedua merupakan doktor ahli Remote Sensing dan Ketua Asosiasi Pengusaha Hutam Indonesia (APHI), anak ketiga merupakan Master teknik kimia dengan keahlian merancang pabrik industri, dan anak terakhir adalah Master di bidang Business Administration.
Dengan kesuksesan anak-anaknya yang telah menempuh pendidikan sarjana, bahkan magister dan juga doktoral menandakan keberhasilan Widaningsri dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. (Rahma)