ThePhrase.id – Wilson Yanaprasetya adalah seorang Co-Founder dari Dagangan, aplikasi social-commerce yang menyediakan berbagai kebutuhan sembako secara digital bagi masyarakat pedesaan. Bisnisnya ini membantu masyarakat pedalaman untuk melek teknologi sekaligus membantu mereka mendapatkan produk dengan harga yang sama dengan di perkotaan.
Ide membantu warga pedalaman untuk mendapat barang sembako dengan harga yang sama, berangkat dari pengalamannya sendiri. Wilson mengalami kesulitan mendapatkan barang sembako dengan harga yang normal di desanya, di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Meski lokasi pasar dari rumahnya tak begitu jauh, tetapi harga sembako yang dijual lebih mahal daripada di perkotaan. Ia pun berpikir, lantas bagaimana dengan masyarakat pedesaan yang harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari?
Wilson Yanaprasetya, pendiri Dagangan. (Foto: Kompas.com/RENI SUSANTI)
Terlebih lagi untuk para pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari untuk warga di kampungnya di pedalaman. Tidak sedikit dari mereka yang harus menutup tokonya untuk membeli barang dagangan. Medan yang harus ditempuh jauh dan berliku, membuat harga yang akhirnya mereka jual lebih mahal.
Setelah lulus dari University of British Columbia di Kanada pada jurusan teknik komputer, ia dan beberapa temannya berinisiatif mendirikan aplikasi Dagangan. Sebelumnya mereka juga telah melakukan riset ke beberapa daerah di Pulau Jawa.
Konsepnya adalah Wilson menawarkan masyarakat beralih pada digitalisasi untuk memudahkan masyarakat mengakses produk yang diinginkan. Wilson yang berlatar belakang teknik komputer mendesain aplikasi yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat pedalaman.
Wilson Yanaprasetya (kanan), pendiri Dagangan. (Foto: Instagram/daganganindonesia)
“Aplikasi kita membuat orang-orang enggak harus ke pasar. Kita kumpulkan kebutuhan mereka tadi dan order langsung ke Dagangan, dalam 24 jam kita antar. Jadi kita the only player di Indonesia yang bisa antar 24 jam. Kita membuat jaringan tadi supaya membuat infrastruktur baru di daerah atau desa,” ujar Wilson dikutip dari Detik.
Jadi, masyarakat bisa langsung memesan melalui aplikasi layaknya e-commerce pada umumnya. Namun dengan harga yang tidak lebih mahal seperti yang biasanya mereka beli.
Terlebih lagi, aplikasi sembako digital “Dagangan” juga memberdayakan masyarakat untuk menjadi reseller atau penjual. Konsepnya adalah masyarakat yang mendaftar jadi reseller akan menjadi semacam drop off point aplikasi Dagangan. Mereka akan menjual produk sembako ke warga desa tersebut. Atau, warga desa bisa memesan kebutuhannya kepada reseller tersebut dan baru akan dipesankan melalui Dagangan.
Wilson Yanaprasetya (kanan) berfoto dengan Presiden Jokowi (kiri). (Foto: instagram/wilsonyanaprasetya)
“Cita-cita Dagangan ini adalah untuk memberdayakan masyarakat yang tersebar di daerah untuk berdaya secara ekonomi melalui transformasi kegiatan ekonomi tradisional menjadi digital,” ungkap Wilson dikutip dari Tribunnews.
Atas risetnya ke beberapa pedesaan, Wilson mengatakan bahwa masyarakat desa terlebih lagi yang berdagang, telah memiliki ponsel yang mumpuni seperti smartphone. Tugas Dagangan dalah memperkenalkan aplikasi tersebut dan mengajarkan cara menggunakannya.
Kini, Dagangan telah menjangkau lebih dari 3.000 desa di beberapa provinsi di Pulau Jawa yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Jumlah reseller-nya pun sudah lebih dari 20.000 reseller. Dagangan juga telah menyalurkan lebih dari 3.000 jenis barang, yang ternyata masih kurang variatif menurut masyarakat.
Testimoni salah satu pemilik warung. (Foto: Instagram/daganganindonesia)
Maka dari itu, Dagangan terus menambah variasi produk yang dijual, termasuk produk-produk UMKM warga pedesaan. Tujuannya adalah untuk memajukan ekonomi desa dengan mendukung produk yang dijual warga sekitar.
Untuk ekspansi, dengan dilihatnya masih kurangnya ragam produk yang dijual, Wilson mengatakan akan fokus pada Pulau Jawa terlebih dahulu. Ia lebih memilih melengkapi atau memperdalam pasar, sebelum memperluasnya. [rk]