ThePhrase.id – Nama Yenny Wahid mencuat sebaga bakal calon wakil presiden pada Pilpres 2024 setelah Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, menyatakan bahwa PSI mengusung Yenny Wahid sebagai cawapres.
Sosok Yenny disandingkan dengan Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, yang sebelumnya dideklarasikan sebagai bakal capres PSI.
"Untuk calon wakili presiden, PSI memilih Zannuba Ariffah Wahid atau akrab dipanggil Mbak Yenny Wahid. Kami menilai Mbak Yenny mempunyai kualitas pribadi mumpuni," ujar Grace Natalie pada konferensi pers, Senin (3/10/2022), dilansir dari Kompas.com.
Yenny Wahid (kiri) dan Ganjar Pranowo (kanan). (Foto: Instagram/yennywahid)
Siapa sosok Yenny Wahid dan mengapa namanya diusung sebagai cawapres di Pilpres 2024 oleh PSI?
Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang lebih kenal dengan Yenny Wahid adalah seorang politisi dan seorang aktivis Nahdlatul Ulama (NU). Ia adalah anak kedua dari Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Yenny dibesarkan dengan ajaran yang sama dengan sang ayah, yakni pada keluarga NU. Sehingga, Yenny memiliki pola pikir yang mengedepankan ajaran Islam yang moderat. PSI menganggap sosok Yenny merupakan tokoh yang mempelopori keberagaman.
PSI juga mengatakan bahwa sebagai tokoh perempuan Islam, Yenny dihormati karena pemikiran dan kontribusinya dalam gerakan sosial. Ia juga dinilai melanjutkan perjuangan ayahnya dalam membawa Indonesia menjadi adil dan toleran.
Yenny Wahid. (Foto: Instagram/yennywahid)
Yenny merupakan alumni SMA Negeri 28 Jakarta yang kemudian menempuh pendidikan strata satu di Universitas Indonesia (UI) pada jurusan Psikologi. Namun, atas saran dari sang ayah, Yenny keluar dari UI dan melanjutkan pendidikannya di Universitas Trisakti pada jurusan Desain dan Komunikasi Visual.
Setelah lulus dari Universitas Trisakti, Yenny memilih untuk menjadi seorang wartawan. Ia pernah meliput di Timor-Timur dan Aceh. Ia juga pernah menjadi koresponden koran terbitan Australia, yakni The Sydney Morning Herald dan The Age pada tahun 1997-1999.
Saat bertugas di Timor-Timur, Yenny berhasil membuat liputan pasca-referendum dan mendapatkan anugerah Walkley Award. Ia juga terlibat dalam peliputan jelang Reformasi 1998 di Jakarta. Bahkan, ia sempat ditodong senjata oleh oknum anggota ABRI.
Yenny meninggalkan profesi jurnalisnya ketika sang ayah diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia ke-4. Sejak saat itu, ia terlihat selalu mendampingi sang ayah dengan posisi sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.
Yenny Wahid. (Foto: Instagram/yennywahid)
Setelah sang ayah tak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny melanjutkan pendidikannya di Universitas Harvard pada jurusan Administrasi Publik. Saat kembali ke Indonesia, ia menjabat sebagai Direktur pada Wahid Institute.
Dirinya kembali menempati posisi Staf Khusus Bidang Komunikasi Politik saat masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama satu tahun. Ia mengundurkan diri karena perbedaan kepentingan dengan jabatannya sebagai Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ia menjabat posisi tersebut untuk periode 2005 hingga 2010, namun diberhentikan pada tahun 2008. Setelah itu, ia memutuskan untuk mendirikan partai sendiri yang diberi nama Partai Indonesia Baru. Partai tersebut kemudian melebur dengan PKB dan namanya menjadi Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) dan ia menjadi Ketua Umum partai tersebut.
Pada tahun 2020, Yenny ditunjuk sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia di mana ia menjadi perwakilan publik. Namun, ia mengundurkan diri pada Agustus 2021. [rk]