ThePhrase.id – Berhasil menggarap dan melahirkan film orisinal Netflix The Big 4 yang masuk dalam peringkat Netflix Top 10 Global untuk film non-english, sutradara Timo Tjahjanto menjadi perbincangan hangat.
Pasalnya, ia merupakan seorang sutradara yang terkenal andal dalam menggarap film ber-genre horor dan action gore. The Big 4 menjadi karya pertama Timo mencoba genre yang berbeda, yaitu sama-sama film action, tetapi dengan sentuhan komedi.
Meskipun ini merupakan kali pertamanya menggarap genreaction-comedy, Timo berhasil membawa film The Big 4 menjadi salah satu yang paling banyak ditonton di Netflix secara internasional pada bulan Desember 2022 ini. Tak sedikit juga orang yang melontarkan pujian dan apresiasi terhadap film tersebut.
Timo Tjahjanto. (Foto: Arsip Netflix dari Kompas.id)
"Ini film pertama gue di mana kekerasan dan kekacauan menjadi bagian dari komedi," ujar Timo pada konferensi pers The Big 4, Kamis (15/12), dilansir dari CNN Indonesia.
Bahkan, Timo mengaku bahwa film ini merupakan film favorit yang pernah ia garap. Menurutnya, semua pemeran memberikan yang terbaik dan hal tersebut dapat dirasakan dari layar ketika ia menyunting film tersebut.
"Ini film favorit yang pernah gue bikin karena dari semu cast beri 110%. Jadi pas editing gue bisa ngerasa mereka all out demi mendapat konteks gila di film ini, dan itu sangat gue respect," bebernya pada press conference The Big 4, dilansir dari CNBC Indonesia.
Alasan mencoba genre baru
Genre baru baginya ini berangkat dari keinginannya membuat film yang 'cerah' dan memberi harapan. Sebab, film-film yang ia buat selama ini kental dengan nuansa aksi, sadis, berdarah, seram, suram, hingga muram.
Ia sendiri bahkan membeberkan pernah ada seseorang yang mengatakan padanya bahwa setelah menonton film karya Timo, penonton merasa bete dan seperti tidak ada harapan.
Timo Tjahjanto (kanan) dengan Abimana Aryasatya (kiri) pada set The Big 4. (Foto: Twitter/Timobros)
Untuk itu, ia ingin menggarap sesuatu yang lebih 'cerah' tetapi masih dalam stye-nya."Yang kekeluargaan, hangat, lucu, tapi tetep dengan gaya gue," ujar Timo pada press conference The Big 4.
Selain karena alur cerita dan keseluruhan film yang apik, film ini juga dilirik penonton karena menggandeng sederet aktor dan aktris papan atas hingga pendatang baru. Sebut saja seperti Abimana Aryasatya, Putri Marino, Arie Kriting, Marthino Lio, Donny Damara, hingga pendatang baru seperti Lutesha, Kristo Immanuel, dan Michelle Tahalea.
Awal karier dan The Mo Brothers
Berkarier sejak tahun 2007, Timo telah menelurkan sederet film horor dan action terkenal, baik sebagai sutradara maupun sebagai bagian dari The Mo Brothers. The Mo Brothers itu sendiri merupakan duet dua sutradara Indonesia, yakni Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel.
Keduanya bertemu di School of Visual Arts, Australia, ketika Timo tengah mengenyam pendidikan sinematografi. Keduanya pertama kali menggarap film perdana merek di tahun 2010 melalui film Rumah Dara (2010). Film tersebut merupakan film panjang dari film pendek berjudul Sendiri (2003) dan Dara (2007).
Film pendek Dara (2007) tersebut termasuk dalam film antologi Takut: Faces of Fear (2008). Sedangkan sebagai bagian dari The Mo Brothers, Timo turut terlibat dalam pembuatan film Killers (2014) dan juga Headshot (2016).
Timo Tjahjanto. (Foto: Instagram/timobros)
Karya-karya Timo
Di luar The Mo Brothers, Timo juga menggarap sederet film horor dan action terkenal. Antara lain Sebelum Iblis Menjemput (2018), The Night Comes for Us (2018), Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020). Ia juga mnejadi penulis untuk film-film tersebut.
Ia juga menjadi produser untuk beberapa film seperti Hit & Run (2019), Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020), Perempuan Bergaun Merah (2022), dan The Big 4 (2022).
Untuk film yang akan datang, Timo juga menyutradari serta menjadi penulis skrip film Si Buta dari Gua Hantu, dan Sebelum Iblis Menjemput Ayat 3: Dajjal.
Sementara itu, untuk karya debutnya adalah film antologi The ABCs of Death (2012). Ia menggarap segmen L is for Libido. Pada film tersebut ia juga merangkap sebagai penulis dan editor. Selain itu, ia kembali berkecimpung pada film antologi lainnya berjudul V/H/S/2 (2013) pada segmen Safe Haven, serta V/H/S 94 (2021) pada segmen The Subject.
Penghargaan
Berkat film-filmnya yang dikenal luas dan digemari para pecinta genre horor dan action, Timo mendapatkan berbagai penghargaan, baik dari dalam negeri maupun penghargaan internasional.
Timo Tjahjanto. (Foto: Instagram/timobros)
Ia pertama kali mendapatkan penghargaan di tahun 2007 melalui karya film pendek Dara (2007) sebagai The Mo Brothers. Ia memenangkan New York City Horror Film Festival 2007 kategori Audience Award dan Freak Show Horror Film Festival 2007 kategori Audience Choice Award.
Film panjang Rumah Dara (2010) juga membawakannya penghargaan Film Indonesia Terbaik pada Jakarta International Film Festival 2010 dan KasKus untuk Film Indonesia 2011.
Ia kembali memenangkan penghargaan di tahun 2016 melalui film Killers (2014) pada Fantaspoa International Fantastic Film Festival 2016 kategori Penghargaan Terhormat untuk Film Internasional. Di tahun yang sama, ia juga mendapatkan penghargaan dari L'Étrange Festival 2016 berkat film Headshot (2016) pada kategori Film Panjang Internasional.
Masih di tahun 2016 dan berkat film Headshot (2016), ia masuk nominasi Sutradara Terbaik sebagai the Mo Brothers pada Piala Citra atau Festival Film Indonesia.
Di tahun 2019, ia berhasil memenangkan kategori Sutradara Terpilih pada penghargaan Piala Maya 2019 melalui film Sebelum Iblis Menjemput (2018). Di penghargaan yang sama, film garapan Timo, The Night Comes for Us (2018) juga menang pada kategori Indonesian Film in International Platform. [rk]